Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘konsep Penandingan’

PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI STAN

KELAS 7A

KELOMPOK IV

Azwar Rakhman (6)

Fransiskus Lucky Arif Wicaksana (13)

Jakarta

2012

CHAPTER 3

Income Concepts

Tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dalam membuat prediksi mengenai performa perusahaan. Dan sumber utama yang digunakan oleh para investor untuk membuat keputusan adalah pelaporan income. Berikut ini beberapa kegunaan konsep income untuk berbagai bidang :

  1. Sebagai dasar penghitungan pajak
  2. Sebagai ukuran keberhasilan suatu perusahaan
  3. Sebagai kriteria tersedianya deviden
  4. Digunakan oleh pihak yang berwenang dalam mengatur tariff apakah tariff tersebut adil dan sesuai/masuk akal
  5. Sebagai panduan manajemen perusahaan dalam menyelasaikan permasalahan-permasalahannya

Menurut FASB, tujuan akuntansi keuangan adalah untuk memberikan informasi pada pengguna laporan keuangan yang akan membantu mereka dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas di masa depan.

Perbedaan Pandangan mengenai Income

Walaupun sudah disepakati bahwa income sangatlah penting, namun ada perbedaan pandangan mengenai income :

  • Pandangan Neraca – Pendekatan Ekonomi :

“Income adalah kenaikan bersih nilai aset dalam satu periode”

  • Pandangan Laba Rugi – Pendekatan Akuntansi/Transaksi :

Pandangan ini menganggap “Neraca sebagai daftar item yang tersisa setelah income dihasilkan dari revenue – cost”

Sifat Income

Income bisa bermacam-macam bentuknya, yang biasanya didiskusikan dalam banyak buku literatur adalah tiga konsep berikut :

  1. Psychic income, yaitu kepuasan atas keinginan manusia
  2. Real income, yaitu peningkatan kekayaan
  3. Money income, yaitu kenaikan nilai moneter suatu sumber daya

Para ekonom sependapat bahwa tujuan pengukuran income adalah untuk menentukan berapa banyak suatu entitas menjadi lebih baik dalam suatu periode, maka dari itu penentuan Real Income menjadi fokus para ekonom.

Pernyataan seorang ekonom, J.R Hicks adalah sebagai berikut :

“Tujuan pengukuran/penghitungan income dalam prakteknya adalah untuk memberikan indikasi berapa jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa mengurangi kekayaan”

“Pendapatan seseorang adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi selama seminggu tanpa mengakibatkan perubahan kekayaan antara akhir minggu dan awal minggu tersebut”

Dalam bisnis, ini berarti perubahan net aset dalam suatu periode akuntansi dengan mengecualikan investasi/distribusi kepada pemilik.

Konsep tersebut, oleh para akuntan disebut capital maintenance, dalam konsep ini, tidak ada income yang boleh diakui sampai modal (ekuitas atau net aset) dapat dipertahankan dan biaya biaya dikembalilkan. Namun dalam prakteknya, ada perdebatan mengenai pengukuran kekayaan (nilai net aset) yang tepat.

Konsep Capital Maintenance

                Munculnya income berarti ada pengembalian atas modal disetor (return on invested capital). Pengembalian tersebut terjadi hanya setelah jumlah yang diinvestasikan dapat dijaga atau dikembalikan. Maka dari itu dalam konsep capital maintenance, penting untuk membedakan return of dan return on invested capital, dan penentuan income.

Ada dua konsep utama capital maintenance : financial capital maintenance dan physical capital maintenance. Financial capital maintenance adalah ketika jumlah finansial dari net aset pada akhir periode melebihi jumlah finansial net aset pada awal periode, kecuali transaksi dengan pemilik. Pandangan ini didasarkan pada transaksi dan merupakan pandangan tradisional dari capital maintenance yang diterapkan oleh para akuntan.

Physical capital maintenance menyatakan bahwa return on capital terjadi ketika kapasitas produktif secara fisik suatu perusahaan pada akhir periode melebihi kapasitasnya di awal periode, dengan mengecualikan transaksi dengan pemilik. Konsep ini menyatakan bahwa income diakui hanya setelah dapat memberikan pengganti aset operasi perusahaan. Kapasitas produksi pada suatu waktu adalah sama dengan nilai saat ini (current value) net aset untuk menghasilkan pendapatan. Current values menjadi ekspektasi mengenai kemampuan menghasilkan pendapatan di masa depan.

Replacement Cost

Menurut Edwards dan Bell, harga beli saat ini (current entry prices) membuat dapat dilakukannya penilaian manajerial untuk mempertahankan suatu aset dengan memisahkan current value income (holding gains and losses) dari current operating income. Dengan asumsi bahwa operasi perusahaan akan berlanjut, pemisahan ini membuat profitabilitas jangka panjang suatu perusahaan dapat dinilai. Pendapatan perusahaan yang terjadi berulang-ulang dan dapat dikendalikan dapat dibandingkan berhadapan faktor yang mempengaruhi operasi namun diluar kendali manajemen. Replacement cost menyediakan suatu ukuran harga untuk mengganti kapasitas operasi saat ini, kemudian menjadi suatu cara untuk mengevaluasi berapa banyak perusahaan dpat memberi bagian pada pemegang saham dan masih menjaga kapasitas produksinya.

Namun banyak masalah dalam pengukuran terjadi dalam menentukan nilai replacement cost. Perusahaan dapat dengan mudah menilai replacement cost aset aset yang ada di pasaran, namun untuk plant aset yang tidak tersedia di pasaran, perusahaan harus melakukan penilaian estimasi nilai pengganti aset tersebut.

Pendekatan alternatif untuk memperkirakan replacement cost adalah dengan menggunakan index kemampuan membeli (purchasing power index). Index harga spesifik dirancang untuk mengukur apa yang terjadi dengan harga terhadap suatu segmen ekonomi, misalnya peralatan untuk industri, seperti baja atau pertambangan. Penerapan atas index daya beli spesifik dapat memberikan perkiraan yang masuk akal selama nilai aset yang dinilai bergerak seperti aset-aset serupa dalam industri serupa.

Terakhir, relevansi harga beli masih menjadi pertanyaan, Sterling menyatakan bahwa nilai harga beli aset yang belum dimiliki adalah relevan hanya pada saat dibeli. Untuk aset yang sudah dimiliki, nilai harga beli adalah tidak relevan dengan apa yang bisa direalisasi pada saat penjualan.

Exit Value or Selling Prices

Pendekatan lainnya dalam menentukan current value adalah exit value atau nilai harga jual. Pendekatan penilaian ini menilai tiap aset pada titik penjualan. Setiap aset – inventory, pabrik, peralatan, dsb – dinilai berdasarkan harga jual yang dapat direalisasi jika perusahaan memilih untuk menjualnya.

Karena holding gains dan losses diakui secara langsung, pendekatan nilai harga jual sepenuhnya mengabaikan prinsip realisasi untuk pengakuan pendapatan. Saat yang penting untuk pengakuan pemasukan menjadi saat pembelian, bukan saat penjualan.

Chambers dan Sterling yakin bahwa nilai jual memiliki relevansi terhadap keputusan. Pada setiap periode akuntansi, manajemen menentukan apakah untuk mempertahankan, menjual atau mengganti aset. Menjadi bahan perdebatan bahwa nilai jual menyediakan informasi yang lebih baik kepada pengguna untuk menilai likuiditas dan kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan stimulus ekonomi yang berubah-ubah. Karena manajemen memiliki pilihan untuk menjual asetnya, nilai jual memberikan suatu cara untuk menilai resiko.

Sama seperti nilai beli, menentukan nilai jual juga memiliki masalah. Pertama masalah dasar menentukan harga jual untuk aset, yaitu tidak adanya pasar yang selalu siap membeli. Kedua, pendapat bahwa nilai jual harus berdasarkan pada harga atas penjualan normal, bukan atas likuidasi yang terpaksa, hal ini mungkin bisa diaplikasikan pada aset seperti inventory, namun akan tidak mungkin diaplikasikan pada aset pabrik karena tidak mungkin dijual secara normal.

Discounted Present Value

Pendekatan ketiga dalam menilai net aset adalah discounted cash flow. Menurut konsep ini, nilai sekarang dari cash flow di masa depan yang diharapkan akan diperoleh dari aset adalah nilai relevan sebuah aset (atau hutang) yang seharusnya dilaporkan di neraca. Dalam metode ini income adalah sama dengan perbedaan present value dari net aset di akhir periode dibanding dengan pada awal periode, kecuali transaksi dari/kepada pemilik. Penilaian ini hampir sama dengan konsep ekonomi dari income karena nilai yang didiskontokan mungkin adalah perkiraan yang paling mendekati dari nilai sebenarnya suatu aset.

Argumen yang kuat dapat dibuat untuk konsep cash flow yang didiskontokan. Semua aset diasumsikan diperoleh untuk manfaat di masa depan kepada perusahaan. Lebih dari itu, ada asumsi bahwa perusahaan mau membayar harga beli aset tersebut karena percaya bahwa aset tersebut nantinya akan membawa keuntungan bagi perusahaan. Maka secara eksplisit maupun implisit, harga awal berhubungan dengan nilai sekarang dari cash flow yang diharapkan akan diterima di masa depan dari aset tersebut. Penggunaan berkelanjutan suatu aset berarti bahwa nilainya berhubungan dengan arus kas yang diharapkan akan diterima di masa depan. Maka, perubahan arus kas yang diharapkan akan diterima dan nilai sekarang aset tersebut dari waktu ke waktu akan menjadi relevan. Kemudian, diperkirakan bahwa nilai sekarang suatu aset di akhir periode merupakan perkiraan mengenai berapa perusahaan mau mengeluarkan untuk mengganti aset tersebut sehingga kapasitas produksi terjaga. Secara konsekuen, pengukuran income dengan cara ini konsisten dengan konsep pemeliharaan modal (capital maintenance).

Penggunaan pengukuran present valuedalam akuntansi mendapat dorongan tambahan oleh FASB dengan dikeluarkannya SFAC No.7 “Menggunakan Pengukuran Arus Kas dan Pengukuran Present Value dalam Akuntansi”. Walaupun demikian, ada tiga masalah besar dalam konsep discounted cash flow.

  1. Konsep ini sangat bergantung pada estimasi arus kas dengan suatu periode. Akibatnya, baik jumlah cash yang akan dihasilkan dan kapan jumlah tersebut dihasilkan harus ditentukan.
  2. Menentukan nilai diskonto yang sesuai
  3. Aset perusahaan saling berhubungan. Walaupun nilai sekarang masing2 aset dapat ditentukan, namun keuntungan perusahaan didapat dari penggunaan gabungan aset perusahaan, sehingga sebenarnya sulit menentukan berapa besar sebuah aset berkontribusi terhadap penghasilan perusahaan.

Current Value dan Model Akuntansi Historical

Walaupun model akuntansi sekarang bergantung banyak kepada historical cost, diskusi dan pernyataan yang dikeluarkan FASB baru-baru ini mengindikasikan adanya pergerakan menuju penyediaan informasi current value. Sebagai contoh SFAS NO.33 menyediakan petunjuk untuk informasi current cost untuk aset non-moneter; SFAS No.114 dan 115 menuntut agar investasi dalan instrumen finansial dilaporkan dalam fair value dan agar perusahaan memberikan informasi tambahan atas informasi market value.

Income Recognition

Dalam upaya untuk mengatasi masalah pengukuran yang berhubungan dengan konsep pendapatan secara ekonomi, akuntan menggunakan pendekatan transaksi untuk mengukur aset, kewajiban, pendapatan dan beban. Pendekatan ini bergantung pada (presumptions) bahwa elemen laporan keuangan harus dilaporkan pada saat ada bukti transaksi dengan pihak luar (arm’s length transaction). Akuntansi berdasarkan transaksi pada umumnya meminta agar income yang dilaporkan adalah hasil dari bertransaksi dengan entitas diluar unit yang melaporkan income tersebut dan menyebabkan prinsip realisasi. Prinsip realisasi menyatakan bahwa income seharusnya diakui ketika proses pendapatan selesai atau terlihat selesai dan transaksi pertukaran telah terjadi. Transaksi adalah dasar akuntabilitas dan menentukan baik penentuan waktu pengakuan pendapatan dan jumlah yang harus dicatat. Laporan keuangan sebagai hasilnya dinyatakan dalam modal yang diinvestasikan dalam aset bersih dan pengembalian atas investasi tersebut kepada pemegang saham. Karenanya, akuntansi berdasarkan transaksi konsisten dengan konsep capital maintenance.

Akuntansi berdasarkan transaksi bertolak belakng dengan konsep income secara ekonomi dalam hal income secara akuntansi ditentukan dengan mengukur hanya net aset yang dicatat saja, dengan mengecualikan transaksi dari/kepada pemilik, dalam suatu periode. Konsep income secara akuntansi pada umumnya tidak mencoba melaporkan nilai yang diharapkan atas aset dan kewajiban.

Edwards dan Bell mengusulkan, bahwa dengan sedikit perubahan dalam prosedur akuntansi saat ini, empat jenis income dapat didapat : (1) current operating profit (laba operasi sekarang) – nilai lebih pendapatan penjualan terhadap biaya unput yang digunakan dalam produksi dan dijual. (2) realizable cost saving (penghematan biaya yang dapat direalisasi) – kenaikan harga aset yang dipegang dalam suatu periode. (3) realized cost saving – perbedaan antara harga historical dengan harga beli sekarang dari barang yang dijual. (4) realized capital gains (laba modal yang terealisasi) – jumlah lebih nilai yang diterima atas penjualan dari biaya historis suatu aset yang di-dispose

Sprouse menjelaskan mengenai ARS No.3 dengan konsep yang lebih sempit :

Karena kepemilikan bunga senantiasa berpindah tangan, kita harus berusaha untuk pengakuan yang tepat waktu atas perubahan yang dapat diukur, dan untuk melakukannya, kita harus mengidentifikasi sifat perubahan tersebut. Sebagaimana yang sekarang dilaporkan, income dapat terdiri dari tiga elemen, yang masing masing memiliki arti secara ekonomi yang berbeda. Apakah laba kotor benar benar dari hasil operasi – perbedaan harga jual produk dan biaya untuk memproduksinya, dan keduanya dinilai dalam harga sekarang? Berapa banyak dari income perusahaan bukan dari hasil operasi melainkan dari perubahan nilai aset yang signifikan, misal jumlah persediaan bahan baku yang banyak, seperti segudang gula? Perubahan tersebut cenderung tidak disengaja dan tidak dapat diperkirakan, maka dari itu perlu dipisahkan jika laporan keuangan memang dimaksudkan untuk diinterpretasikan dan pengukuran income dijadikan dasar untuk keputusan investasi. Dan berapa banyak dari apa yang dilaporkan sebagai income sebenarnya bukan income sama sekali, melainkan hanya hasil perubahan cara pengukuran pendapatan dan beban?

Perubahan besar yang dianjurkan oleh Edwards dan ARS No.3 adalah pelaporan unrealized gains/losses (laba/rugi yang belum terealisasi) dari aset bersih suatu entitas dalam suatu periode.  Para pendukung mengaku bahwa melaporkan holding gains/losses akan meningkatkan informasi dari laporan keuangan. Argumen ini berfokus pada dua poin utama : (1) laba/rugi yang besar akibat mempertahankan aset dan kewajiban tertentu harus dilaporkan pada saat terjadi. Dan (2) perubahan dalam unit pengukuran harus dihilangkan dari proses pelaporan; yaitu, laporan keuangan harus disesuaikan dengan efek inflasi.

Baru baru ini FASB telah mengadopsi pendekatan neraca yang mendefinisikan income sebagai perubahan periodik dalam net aset. Perubahan ini diperlukan seiring dengan waktu, FASB telah mengalah pada tekanan dari pengguna laporan keuangan untuk mengesahkan pendekatan kinerja operasi berjalan dalam menentukan laba dengan cara memperbolehkan beberapa perubahan dalam aset dan kewajiban tidak dilaporkan dalam laporan keuangan. Praktek ini mendapatkan perhatian dari akademis dan analis investasi yang berpusat pada dua hal : (1) Kesulitan pengguna untuk memperoleh informasi yang terkubur dalam laporan laba rugi dan neraca, dan (2) dampak dan pentingnya item-item tersebut dalam penilaian ekuitas. Atas kekhawatiran tersebut, FASB mengeluarkan SAFS No.130 “Comprehensive Income” yang menjelaskan Comprehensive Income sebagai perubahan dalam net aset selain transaksi kepada/dari pemilik. Tujuan utama dari pernyataan FASB ini adalah untuk memberikan item-item yang termasuk dalam item Comprehensive Income, yaitu yang perubahannya dalam aset dan kewajiban tidak dilaporkan dalam laporan laba rugi.

Measurement

Pelaporan pendapatan dalam bisnis mengasumsikan bahwa semua item pendapatan dan beban dapat diukur. Pengukuran adalah memberikan angka kepada objek atau kejadian sesuai aturan. Pengukuran juga merupakan proses membandingkan untuk mendapatinformasi yang lebih pasti untuk membedakan satu pilihan dengan pilihan lainnya dalam situasi pengambilan keputusan.

Unit pengukuran akuntansi di Amerika adalah US Dollar, namun ketidakstabilan dari unit pengukuran ini menyebabkan masalah, misalnya nilai penjualan yang berubah tiap tahun walaupun jumlah barang yang dijual sama. Masalah ini banyak disebabkan karena perubahan nilai dollar.

Faktor lain yang mempersulit pengukuran secara akuntansi adalah keputusan sepihak yang harus dibuat untuk tujuan pelaporan periodik. Depresiasi, amortisasi adalah contoh dari pengukuran sewenang-wenang dengan teknik yang tidak pasti. Maka dari itu pengguna laporan keuangan harus memahami batasan yang melekat pada teknik pengukuran dalam akuntansi.

Akuntansi untuk Inflasi

Sebab utama dari ketidakstabilan dalam pengukuran akuntansi adalah efek inflasi dan deflasi dari ekonomi yang memiliki dampak umum terhadap daya beli mata uang. Inflasi mengikis daya beli aset moneter, yang akan mempengaruhi secara negatif nilai uang yang diinvestasikan di aset bersih perusahaan. Laba yang diukur sebagai perubahan dalam tingkat harga – net aset yang disesuaikan dari awal periode ke akhir periode, diluar transaksi dengan pemilik, akan mencerminkan pengikisan investasi modal moneter sehingga akan konsisten dengan konsep financial capital maintenance.

Pengakuan dan realisasi laba

Terdapat kebingungan besar dalam literatur akuntansi dalam menetapkan makna dasar dari “pengakuan” dan “realisasi”.

Pengakuan adalah proses formal dalam mencatat kejadian atau transaksi sedangkan realisasi adalah proses pengkonversian aset non kas ke dalam kas atau klaim terhadap kas. Akuntansi berbasi transaksi mengakui dan melaporkan laba yang terealisasi atau dapat direalisasi. Oleh sebab itu, pengakuan akuntansi didasarkan pada penentuan kapan realisasi tersebut terjadi. Kritik terhadap proses akuntansi mendukung konsep ekonomi dari laba riil, sebagaimana laba diperoleh secara terus menerus. Akuntan berpendapat bahwa sangat tidak praktis untuk mencatat laba dalam basis berkelanjutan. Konsekuensinya, akuntan harus memilih titik penting dalam waktu untuk mencatat terjadinya laba. Untuk perusahaan pabrikasi, terdapat beberapa kemungkinan termasuk akuisisi bahan baku, proses produksi, penjualan, penerimaan kas atau saat diselesaikannya aktivitas pasca penjualan seperti garansi.

Pada 1964, komite asosiasi akuntansi amerika merekomendasikan konsep realisasi laba dapat ditingkatkan jika kriteria berikut ini tersedia:

  1. Laba harus dapat diukur
  2. Pengukuran laba harus diverifikasi oleh transaksi pasar eksternal
  3. Harus ada kejadian penting

Elemen kunci dari pengakuan tersebut adalah poin 3 dimana penilaian kejadian penting menyatakan bahwa laba harus direalisasikan saat terjadi titik paling krusial dalam proses perolehan. Penilaian ini menghasilkan berbagai titik pengakuan laba untuk organisasi bisnis yang berbeda.

Penggabungan penggunaan penilaian kejadian penting dengan pendekatan transaksi menghasilkan laba akuntansi yang mengukur perbedaan antara penjualan produk perusahaan dengan biaya yang muncul terkait dengan produksi. FASB mendefinisikan laba sebagai “aliran masuk atau peningkatan lain atas aset sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dalam sebuah periode produksi, pelayanan, atau aktivitas lain yang merupakan operasional utama entitas.

Praktik yang terjadi sekarang, laba biasanya diakui saat titik penjualan. Bagaimanapun, titik pengakuan bisa diajukan atau diundur berdasarkan jenis transaksi tertentu. Secara umum, pergeseran atas pengakuan laba dari titik penjualan muncul merupakan sebab dari tingkat kepastian yang berbeda-beda. Ketika tingkat kepastian dikaitkan dengan realisasi, pengakuan laba bisa mendahului titik penjualan. Sebaliknya, semakin besar tingkat ketidakpastian mengakibatkan kecenderungan menunda titik pengakuan laba. Kriteria titik kepastian menghasilkan titik pengakuan laba yang berbeda-beda terhadap siklus penjualan-produksi.

  1. Laba diakui sepanjang proses produksi, diterapkan pada perusahaan yang memiliki rentang produksi lebih dari satu periode.
  2. Laba diakui saat penyelesaian proses produksi, diterapkan jika produk akan dijual dengan harga yang telah ditentukan pada pasar yang terstruktur.
  3. Laba diakui saat layanan dilaksanakan, diterapkan pada transaksi yang melibatkan kontrak jasa. Pengakuan laba terikat pada jasa yang telah diselesaikan.
  4. Laba diakui saat kas diterima, diterapkan pada keadaan tertentu dimana kemungkinan kas diterima sangat diragukan.
  5. Laba diakui saat terjadinya kegiatan tertentu, diterapkan pada keadaan tertentu dimana kontrak tidak ada atau hak untuk membatalkan masih harus dibuktikan.

Keadaan yang menyebabkan pengakuan memiliki perlakuan khusus

Beberapa keadaan tertentu tidak dapat dimasukkan ke dalam salahsatu dari kategori diatas. Pada SFAS no 48 menyatakan bahwa pengakuan laba dilakukan saat munculnya hak atas pengembalian. FASB menyatakan bahwa penjual harus mengakui laba saat titik penjualan saat munculnya hak atas pengembalian harus memenuhi beberapa keadaan berikut ini:

  1. Harga jual tetap atau dapat ditentukan saat tanggal penjualan
  2. Pembeli telah membayar atau berkewajiban membayar kepada penjual
  3. Pembeli menanggung risiko kerugian atas kehilangan atau kerusakan
  4. Pembeli tidak memiliki hubungan khusus dengan penjual
  5. Penjual tidak memiliki kewajiban utama terhadap kinerja di masa depan terkait penjualan kembali atas produknya
  6. Pengembalian di masa depan dapat diestimasi secara beralasan

Jika pada kejadian hal tersebut tidak memenuhi syarat dan pengakuan laba harus ditangguhkan, laba harus diakui pada titik pertama saat hak pengembalian telah dilampaui dan syarat tersebut terpenuhi.

Alasan mendasar atas perbedaan pengakuan tersebut adalah adanya perbedaan tingkat kepastian dan keterjadian kejadian penting atau aktivitas proses perolehan. Minimnya kriteria spesifik dalam membantu menentukan kapan mencatat laba juga dapat berujung pada penyalahgunaan laporan.

SEC Staff accounting bulletin no 101

Dokumen ini mengindikasikan bahwa dukungan terhadap panduan pengakuan laba sangat penting mengingat banyaknya isu mengenai pengakuan laba yang dihadapi para registran. Perhatian juga nampak karena banyaknya porsi fraud dalam laporan keuangan menyangkut pengakuan laba yang ditinggikan. Menurut SAB no 101, jika transaksi terjadi dibawah literatur kewenangan spesifik yang mendukung panduan pengakuan laba, maka literatur tersebut wajib dipergunakan. Bagaimanapun, dalam ketiadaan literatur kewenangan yang mengatur penetapan spesifik atau industri spesifik, standar akuntansi kewenangan yang ada wajib dipertimbangkan.

Berdasarkan panduan tersebut, SAB 101 mengindikasikan bahwa laba tidak boleh diakui sampai benar-benar direalisasi atau dapat direalisasi dan diperoleh berdasarkan kriteria berikut:

  1. Terdapat penetapan atau bukti persuasif
  2. Telah terjadi pengantaran atau jasa telah dilaksanakan
  3. Harga penjual kepada pembeli telah tetap dan dapat ditentukan
  4. Kolektabilitas dapat dijamin secara masuk akal, harga penjual kepada pembeli telah tetap dan dapat ditentukan

Publikasi SAB no 101 menghasilkan perubahan dalam kriteria pengakuan laba untuk beberapa perusahaan.

Penandingan

Sebagai tambahan atas prinsip realisasi, konsep penandingan adalah satu titik penting dalam menentukan laba akuntansi disebabkan karena kebutuhan atas pelaporan periodik dan basis teoritis mendasari konsep akrual dari laba. Prosedur akuntansi biasa berdasarkan pemikiran bahwa perusahaan tersebut akan terus berkelanjutan dan oleh karena itu harus menyediakan laporan periodik kepada investor untuk menilai investasinya. Karena laba akuntansi terdiri dari laba dan beban, prinsip akuntansi telah berkembang untuk menetapkan kapan mengakui laba dan bagaimana menandingkan laba dengan beban. Proses mengelompokkan laba dengan beban ini yang disebut dengan konsep penandingan.

Paton dan Littleton menjelaskan konsep penandingan sebagai pengelompokan antara usaha dengan pencapaian. Sama halnya dengan itu, Komite asosiasi akuntansi amerika yang menginvestigasi konsep penandingan merekomendasikan bahwa biaya harus dapat dihubungkan dengan laba yang direalisasi dalam periode spesifik berdasarkan basis hubungan tertentu antara biaya tersebut dengan laba yang diakui.

Menentukan kapan biaya tidak memiliki keuntungan masa depan ataukah dapat disandingkan dengan pendapatan tergantung pada definisi biaya, beban dan kerugian.

Biaya– adalah jumlah yang muncul sebagai pengganti atas barang yang diterima atau akan diterima. Biaya dapat diklasifikasikan sebagai tidak daluwarsa (biaya terkait aset), yang dapat diaplikasikan kepada penciptaan laba di masa depan, dan dapat diklasifikasikan sebagai daluwarsa jika biaya tersebut tidak dapat diaplikasikan kepada penciptaan laba masa depan oleh karena itu harus dikurangkan dari laba atau laba ditahan dalam periode berjalan.

Beban– adalah aliran keluar atau penggunaan aset atau munculnya kewajiban (atau gabungan keduanya) sepanjang periode menghasilkan barang, memberikan jasa atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan kegiatan utama entitas.

Kerugian– adalah penurunan modal (aset neto) dari transaksi sampingan dari entitas dan penurunan nilai yang berasal dari transaksi atau kegiatan lain dan keadaan yang mempengaruhi entitas selama periode kecuali arus keluar yang berasal dari beban atau dibagikan kepada pemilik.

Dalam kata lain, beban adalah berakhirnya biaya untuk menghasilkan laba sebagaimana kerugian adalah berakhirnya biaya yang tidak untuk menghasilkan laba.

Demikian maka akuntan harus menentukan biaya yang telah berakhir selama periode berjalan dan menentukan apakah biaya tersebut sebagai beban atau kerugian. Penentuan ini dibantu dengan memisahkan beban kedalam biaya produk dan biaya periode. Biaya produk adalah penyelesaian biaya yang dapat dikelompokkan secara langsung kepada produk. Biaya produk dikenakan sebagai beban berdasarkan jumlah unit yang terjual. Biaya periode adalah penyelesaian biaya yang berhubungan lebih dekat kepada periode daripada produk. Biaya periode dikenakan sebagai beban berdasarkan basis periode keuntungan. Seluruh kerugian diungkap pada periode dimana saat ketidakadaan keuntungan masa depan diketahui.

Kesimpulannya, dapat dilihat bahwa pengakuan laba akuntansi adalah hasil dari kemampuan dalam menghitung arus masuk (laba) dan arus keluar yang telah dikelompokkan (beban).

Konservatisme

Sterling menyebut konservatisme sebagai prinsip yang paling berpengaruh dalam penilaian akuntansi. Sederhananya, konservatisme berpegang bahwa disaat anda ragu-ragu, pilihlah alternatif akuntansi yang paling rendah dalam menghasilkan pelebihan aset  atau laba.

Dasar konservatisme pada awalnya mencapai keutamaan sebagai pengimbang sebagian atas optimisme abadi dari manajemen dan kecenderungan untuk pelebihan laporan keuangan yang menjadi karakteristik tiga dekadi awal abad 20an. Konservatisme juga dilihat sebagai penolakan argumen bahwa akuntan mempercayai bahwa dengan menempatkan penilaian alternatif paling rendah atas firma, pengguna informasi laporan keuangan akan semakin sedikit mengalami salah paham.


 

Materialitas

Konsep materialitas telah menembus pengaruh terhadap seluruh aktivitas akuntansi meskipun terdapat fakta bahwa tidak ada pengertian yang dapat mencakup seluruh konsep. Meskipun materialitas mempengaruhi pengukuran dan pengungkapan atas seluruh informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, konsep ini memiliki dampak terbesar atas rincian laba dan beban.

Konsep ini memiliki aspek kualitatif dan kuantitatif. Sebagai contoh, organisasi sektor publik diberi kewenangan untuk mengembangkan GAAP telah mendefinisikan materialitas secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian riset akuntansi nomor 7 mendukung definisi kualitatif sebagai berikut:

Statemen, fakta atau rincian dikatakan material jika memberikan pertimbangan terhadap lingkungan disekitarnya sebagaimana hal tersebut ada pada saat tersebut. Hal ini seperti sifat dasar bahwa pengungkapannya atau metode perlakuannya akan cenderung mempengaruhi atau menciptakan perbedaan dalam penilaian dan tingkah laku dari pihak tertentu.

Organisasi tersebut juga telah melengkapi pengertian kuantitatif atas materialitas. Sebagai contoh, sebagai syarat kuantitatif telah diterbitkan dalam opini APB no 18, sebuah investasi senilai 20 persen atau lebih dalam saham dengan hak suara dianggap material. Dalam opini APB no 15, penurunan dengan nilai kurang dari tiga persen atas jumlah EPS tidak dianggap material. Sebagai tambahan FASB mendefinisikan sebuah segmen yang dapat dilaporkan sebagai salah satu yang menyatakan bahwa 10 persen dari laba, keuntungan operasi atau aset. Sebagian besar SFAS menganut hal berikut: “Ketetapan atas pernyataan ini tidak perlu diterapkan pada hal yang tidak material”.

Dalam pernyataan konsep akuntansi keuangan no 2, FASB membuat pernyataan berikut ini terkait materialitas.

Barang siapa membuat keputusan akuntansi dan siapapun yang membuat penilaian sebagai auditor secara berkelanjutan telah mengkonfrontasi kebutuhan untuk membuat penilaian terhadap materialitas. Penilaian materialitas pada dasarnya merupakan hal kuantitatif. Hal ini memunculkan pertanyaan: Apakah hal ini cukup memberikan pengaruh yang besar bagi pengguna informasi? Bagaimanapun, jawaban atas pertanyaan tersebut biasanya akan dipengaruhi sifat hal tersebut. Sebuah yang terlalu kecil untuk diperkirakan sebagai material jika dihasilkan dari transaksi rutin akan menjadi material jika berasal dari keadaan yang tidak normal.

SFAC No 2 berjalan untuk mendefinisikan penilaian materialitas sebagai sekat atau ambang pintu. Bahwasanya apakah sebuah hal (kesalahan atau kelalaian) cukup besar untuk melampaui batas antara material dan tidak material? Semakin penting hal tersebut, semakin tipis batas yang ada.

Contohnya adalah sebagai berikut:

  1. Perubahan akuntansi dalam keadaan yang mengakibatkan perusahaan mengalami bahaya yang disebabkan pelanggaran perjanjian karena kondisi keuangannya yang mungkin membenarkan batas material yang lebih kecil daripada jika posisinya lebih kuat.
  2. Kegagalan untuk mengungkapkan secara terpisah sebuah keadaan yang tidak berulang dari laba mungkin akan material pada batas yang lebih rendah daripada menjadi permasalahan jika laba berubah menjadi kerugian atas keuntungan atau kebalikan tren laba dari tren menurun menjadi meningkat.
  3. Kesalahan klasifikasi sebuah aset tidak akan menjadi material secara jumlah jika hal ini mempengaruhi dua kategori dari aset atau peralatan namun akan menjadi material jika klasifikasi tersebut diubah menjadi kategori antara aset lancar dan aset tidak lancar.
  4. Jumlah yang terlalu kecil untuk menjamin pengungkapan atau koreksi dalam keadaan normal mungkin dianggap material jika hal tersebut muncul dari transaksi atau kejadian abnormal atau tidak biasa.

Organisasi lain juga telah mencoba mendefinisikan materialitas. Asosiasi Akuntansi Amerika berkontribusi dalam pedoman kuantitatif maupun kualitatif.

Materialitas, sebagaimana digunakan dalam akuntansi dapat diartikan sebagai ketetapan atas kepentingan secara relatif. Materialitas tidak sepenuhnya tergantung terhadap ukuran yang relatif. Kepentingan tersebut dapat tergantung bukan saja atas karakteristik kuantitiatif maupun kualitatif, seringkali kombinasi dari keduanya. Faktor yang dapat mengindikasikan materialitas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Karakteristik tersebut memiliki signifikasi kuantitatif utama:
  2. Besaran atas hal tersebut secara relatif terhadap pengharapan normal
  3. Besaran atas hal tersebut secara relatif terhadap hal yang serupa atau terkait
  4. Karakteristik tersebut memiliki signifikasi kualitatif utama:
  5. Kepentingan bawaan atas kegiatan, aktivitas, atau keadaan yang tergambarkan
  6. Kepentingan bawaan atas hal tersebut sebagai indikator atas kemungkinan rangkaian atas kegiatan di amsa depan.

SEC menggunakan definisi kualitatif dalam peraturan no 1.02 dalam regulasi S-X

Istilah materialitas ketika digunakan untuk mengkualifikasikan persyaratan kelengkapan informasi terhadap subyek apapun telah membatasi informasi yang dibutuhkan kepada pihak yang berkepentingan sebagaimana rata-rata investor yang hati-hati sebaiknya diberikan informasi yang memadai.

SEC telah memperbarui kepentingannya atas konsep materialitas. Buletin staf akuntansi yang baru-baru ini dipublikasikan mengindikasikan bahwa perusahaan tidak seharusnya bersandar secara ekslusif kepada penilaian kuantitatif untuk menilai apakah suatu hal termasuk material atau tidak. Terlepas dari sebelumnya, hal yang ditetapkan kurang dari 3 sampai dengan 5 persen dari laba perusahaan yang dilaporkan seringkali dianggap tidak material. Posisi terakhir SEC adalah bahwa pengujian persentase dapat diterima untuk penilaian awal namun perusahaan harus juga mempertimbangkan bahwa hal tersebut adalah penting. Sebagai tambahan, perusahaan dilarang menurunkan hal-hal dalam laporan dalam rangka memenuhi perkiraan laba perempat, mengkonversi kerugian menjadi laba, mempertahankan tren laba, meningkatkan kompensasi manajemen, atau menyembunyikan transaksi ilegal.

Kualitas Laba

Menarik kembali ke chapter 1 bahwa FASB telah menyimpulkan bahwa informasi relevan tentang entitas harus mendukung kemampuan prediksi. Tujuan utama pelaporan keuntungan adalah untuk mempersilahkan investor memprediksikan arus kas di masa depan. Meskipun bukti bahwa laba akuntansi merupakan indikator baik dari pengembalian saham, penggunaan pendekatan transaksi terhadap penentuan laba sejalan dengan prinsip konservatisme dan desakan materialitas telah menggiring analisis sekuritas kepada kesimpulan bahwa laba ekonomi adalah indikator prediksi atas arus kas di masa depan daripada laba akuntansi. Sebagai konsekuensinya, individu tersebut menyarankan menilai kualitas laba untuk memperkirakan arus kas di masa depan. Kualitas laba diartikan sebagai tingkat hubungan antara laba akuntansi perusahaan dengan laba ekonominya. Beberapa teknik mungkin dapat digunakan untuk menilai kualitas laba, antara lain:

  1. Bandingkan prinsip akuntansi yang diterapkan perusahaan dengan prinsip yang digunakan secara umum dan perusahaan kompetitor. Apakah prinsip yang digunakan oleh perusahaan melambungkan laba?
  2. Tinjau ulang perubahan terakhir atas prinsip akuntansi dan perubahan dalam perkiraan-perkiraan untuk menentukan apakah hal ini melambungkan laba?
  3. Tentukan apakah beban diskresi seperti iklan telah ditangguhkan dengan membandingkan nya terhadap beban yang sama pada periode sebelumnya?
  4. Coba untuk menilai apakah suatu beban seperti beban garansi tidak tergambarkan pada laporan laba rugi?
  5. Tentukan biaya penggantian terkait persediaan dan aset lainnya. Beri penilaian apakah perusahaan mampu menyediakan arus kas yang cukup untuk menggantikan asetnya?
  6. Tinjau ulang catatan atas laporan keuangan untuk menentukan apakah ada kontijensi kerugian yang mungkin akan mengurangi nilai laba di masa depan dan arus kas.
  7. Tinjau ulang hubungan antara penjualan dan piutang untuk menentukan apakah piutang berkembang lebih cepat daripada penjualan.
  8. Tinjau ulang diskusi manajemen dan seksi analisis dalam laporan tahunan dan opini auditor untuk menentukan opini manajemen atas masa depan perusahaan dan untuk menandai isu akuntansi utama yang ada.

Teknik tersebut dapat membantu menentukan apakah laporan keuangan perusahaan belum secara cukup menggambarkan substansi ekonomi dalam operasi perusahaan. Lev dan Thiagarajan menemukan bahwa kualitas laba yang disesuaikan untuk penerimaan dan kerugian yang tidak berkelanjutan mendukung penjelasan yang lebih baik atas perubahan harga saham daripada yang dicantumkan dalam laporan laba rugi. Sebagai konsekuensinya, investor harus mencoba menyesuaikan laporan keuangan untuk menggambarkan ralitas ekonomi.

Terdapat bukti bahwa investor menjadi semakin tertarik dalam isu kualitas laba. Pada akhir 1999, harga saham american express, Pitney Bowes dan Tyco International mengalami dampak secara negatif setelah perusahaan melaporkan penerimaan tidak berkelanjutan sebagai bagian dari laporan perempat tahunannya yang secara nyata dianggap pasar sebagai usaha untuk mencapai harapan laba. Pada tahun-tahun sebelumnya,investor seringkali mengacuhkan komponen dari angka laba perempat tahunan sepanjang perkiraan laba dapat terpenuhi. Bagaimanapun, saat ini nampak bahwa pasar sedang melihat komponen angka laba lebih skeptis.

SEC juga telah menyampaikan ketertarikannya atas isu tersebut. Secara spesifik, hal ini telah mengadopsi aturan yang akan memperbolehkan untuk mempertimbangkan apa yang mungkin akan mendorong perusahaan untuk membuat atau menggagalkan penyesuaian atas laporan keuangannya. Perhatian atas hal ini muncul dari fakta bahwa gagalnya estimasi laba yang diharapkan karena (bahkan) jumlah yang kecil kadangkala memberikan dampak yang luas pada harga saham perusahaan. Konsekuensinya, panduan tersebut mengindikasikan bahwa jika perusahaan memperkirakan bahwa sebuah hal kecil akan memberikan dampak negatif yang signifikan , maka hal tersebut harus dilaporkan.

Aspek lainnya dari isu kualitas laba adalah manajemen laba. Manajemen laba adalah usaha oleh pegawai perusahaan untuk mempengaruhi laporan keuangan jangka pendek. Penelitian akhir-akhir ini menemukan bahwa manajemen laba muncul karena berbagai alasan seperti, mempengaruhi pasar saham, meningkatkan kompensasi manajemen, mengurangi kecenderungan pelanggaran perjanjian hutang, dan menghindari intervensi regulator pemerintah. Hal ini dipercayai bahwa manajer dapat mencoba untuk mengelola laba karena mereka yakin bahwa investor terpengaruh laporan keuangan. Teknik manajemen laba termasuk mengajukan atau memundurkan produksi dan keputusan investasi, pemilihan waktu strategis untuk mengakui laba dan belanja serta pilihan pengadopsian teknik akuntansi (termasuk pengadopsian lebih awal atas standar akuntansi baru). Dalam sebagian besar kasus, teknik manajemen laba dirancang untuk meningkatkan efek laporan keuangan dan mengurangi biaya modal perusahaan. Dalam kata lainnya, manajemen boleh mengambil kesempatan untuk meningkatkan keuntungan masa depan. Pendekatan ini terhadap manajemen laba ini menunjuk kepada yang disebut big bath theory. Sebuah pendapat alternatif yang memperbolehkan manajemen memilih untuk mengambil penghapusan besar-besaran dalam periode dimana performa mereka sedang positif secara ekstrim.

Usaha untuk mengelola laba mungkin tidak relevan dalam kaitannya dengan riset pasar efektif. Temuan umum dalam riset ini mengindikasikan bahwa pasar tidak akan tertipu oleh manipulasi angka akuntansi. Alternatifnya, jika kompensasi diikatkan pada laba, maka mungkin ada alasan maksimalisasi kegunaan mengapa manajer mencoba mengelola laba. Penjelasan hal ini nampak pada agency theory.

PENERIMA LABA

Sebagai tambahan atas pertanyaan mengenai sifat dan pelaporan laba, terdapat keraguan yang wajar: Siapakah yang menjadi penerima laba? Pertanyaan ini melibatkan penentuan penerima tepat atas laba dan bagaimana prosedur pelaporan yang benar untuk mengakomodir masing-masing dari alternatif yang bervariasi. Hendriksen menyarankan bahwa laba bersih dapat disampaikan dalam konsep berikut ini: nilai tambah, laba bersih perusahaan, laba bersih untuk investor, laba bersih untuk pemegang saham, dan laba bersih untuk pemilik modal minoritas. Penentuan angka laba bersih untuk dilaporkan dalam masing-masing hal tergantung pada pertanyaan apakah pengurangan dari laba dapat dipandang sebagai beban atau distribusi laba. Pertanyaan penentuan laba dapat, oleh karena itu, juga tergantung apakah distribusi tertentu dikatakan sebagai distribusi laba atau beban eksternal

Konsep laba bernilai tambah

Konsep ekonomi memandang laba sebagai harga pasar saat ini dari produk perusahaan dikurangi biaya unit eksternal dan jasa yang dikelompokkan untuk menghasilkan produk. Jika perusahaan dilihat dalam pengertian sosial luas, individu selain pemilik atau kreditur mungkin dapat mengajukan klaim terhadap laba ini. Sebagai contoh, karyawan atau pemerintah mungkin dapat dilihat sebagai penerima laba.

Konsep nilai tambah atas laba ini dapat diartikan sebagai jumlah bersih atas kenaikan harga pasar atas produk yang dapat dikaitkan dengan masing-masing perusahaan. Hal ini mengindikasikan nilai total laba yang dapat dibagi diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam beberapa tahun terakhir, konsep laba ini memperoleh kenaikan perhatian karena terdapat penerapan alternatif metode pengenaan pajak atau PPN.

Laba bersih perusahaan

Korporasi modern secara umum memiliki dua aktivitas utama: operasional dan keuangan. Laba bersih perusahaan hanya ditentukan dari aspek operasional saja, dan seluruh aktivitas keuangan dan seluruh pembiayaan yang diharuskan oleh operasional dianggap sebagai pengembalian investasi daripada pengeluaran. Laba bersih perusahaan konsisten dengan konsep entitas yang memandang perusahaan sebagai entitas yang bebas dan tidak terpengaruh oleh sumber pembiayaan modal. Lebih lanjutnya, pajak laba dibayar oleh perusahaan berdasarkan laba bersih perusahaan dan dianggap sebagai distribusi laba kepada pemerintah. Dengan demikian, pemegang saham, pemegang obligasi dan pemerintah dipandang sebagai penerima laba. Dalam konsep ini, laba mengurangi semua biaya, terutama biaya bunga dan pajak, menghasilkan angka laba bersih. Kritik utama terhadap konsep ini adalah dimasukkannya pemerintah sebagai penerima laba namun tidak menyertakan pegawai.

Laba bersih kepada investor

Konsep laba bersih terhadap investor juga konsisten terhadap teori entitas. Hal ini didasarkan atas pandangan terhadap persamaan akuntansi yang mengatakan bahwa aset sama dengan hutang ditambah modal. Berdasarkan konsep ini, pemegang hutang jangka panjang dan pemegang saham dianggap sebagai investor dalam perusahaan, dan laba akan dilaporkan sebagai laba dikurangi beban kecuali beban bunga. Perbedaan antara konsep laba bersih perusahaan dan konsep laba bersih untuk investor terdapat pada perlakuan atas pajak. Dalam konsep laba untuk investor, pemerintah tidak dipandang sebagai penerima laba dan pajak diperlakukan sebagai beban. Dasar pemikiran utama konsep ini adalah bahwa metode perolehan dana investasi tidak boleh memiliki dampak terhadap penentuan laba.

Laba bersih kepada pemilik saham

Pemilik perusahaan biasanya dianggap sebagai penerima laba yang pantas. Sesuai dengan itu, konsep laba bersih kepada pemilik saham didasarkan pada pandangan sebagai pemilik atas persamaan akuntansi yang menyatakan aset dikurangi kewajiban sama dengan kepemilikan. Pandangan ini melihat laba sebagai penambahan terhadap saham biasa dan saham prefered dan laba bersih dihitung dengan mengurangkan semua biaya dari laba.

Laba bersih kepada pemegang saham minoritas

Perhatian terhadap  perhitungan EPS merupakan perkembangan dari konsep laba bersih kepada pemilik saham minoritas. Laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa dipandang sebagai bilangan penting utama dalam konsep ini, dan sebagai tambahan, terhadap seluruh biaya, dividen utama dikurangkan dari laba saat diketahuinya angka laba bersih. Konsep laba ini konsisten dengan teori keuangan termutakhir yang model laba tersebut menyatakan laba mempengaruhi nilai perusahaan dan saham biasa. Model tersebut mendasarkan pada fakta bahwa laba bagi pemegang saham menjelaskan sebaik mana sumber daya perusahaan dikelola, sedangkan sumber modal lainnya seperti obligasi, secara umum tidak berisiko karena aliran laba dijamin keterlangsungannya dan tidak tergantung pada kesuksesan perusahaan.

Meskipun laba bersih kepada pemegang saham adalah konsep laba yang digunakan dalam laporan keuangan yang diterbitkan, harus dicatat bahwa masing-masing angka laba memiliki kegunaan dalam keadaan tertentu. Konsep nilai tambah digunakan dalam menentukan PNB. Konsep laba bersih perusahaan dan laba bersih bagi investor berguna dalam menentukan profitabilitas perusahaan terutama dakam aktivitas pembiayaan; dan konsep modal minoritas membentuk perhitungan dasar atas EPS. Konsep laba yang paling bermanfaat akan ditentukan dari tujuan dari pengguna yang bermacam-macam.

KESIMPULAN

Laba ekonomi adalah hasil dari dua faktor, 1. Penjualan produk perusahaan dan (2) Peningkatan atau penurunan dalam aset bersih yang ditahan (laba yang dapat direalisasi, dalam hal ini keuntungan yang ditahan). Pelaporan yang lengkap atas laba mungkin membutuhkan dua hal diatas. Bagaimanapun, keterbatasan dalam teknik dan bukti obyektif mendesak proses pelaporan laba. Penentuan waktu dalam pelaporan telah didesak dalam konvensi akuntansi atas realisasi. Konvensi tersebut mensyaratkan terjadinya transaksi dengan pihak luar atau bahwa mungkin akan ada bukti bahwa transaksi tersebut akan terjadi sebelum laba diakui. Penentuan waktu pengakuan laba mungkin berbeda antara jenis transaksi. Akuntan juga telah menempatkan perhatian atas penandingan yang sesuai atas berakhirnya biaya dengan laba yang diakui pada periode akuntansi tertentu dalam menentukan laba periodik.

Variasi lain dalam konsep laba adalah kelompok yang berbeda dapat dipandang sebagai penerima laba. Biaya yang dikurangkan dari laba dilaporkan memiliki keragaman tergantung asumsi terhadap penerima laba. Tidak ada pandangan yang benar-benar tepat dalam menilai penerima laba. Segmen ekonomi yang berbeda menggunakan asumsi penerima laba yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.

Pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK 23 revisi 2010

Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas itu sendiri. Dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi mencakup jumlah yang ditagih untuk kepentingan principal dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas. Jumlah yang ditagih atas nama principal bukan merupakan pendapatan, sebaliknya, pendapatan adalah jumlah komisi yang diterima.

PENGUKURAN PENDAPATAN

  1. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
  2. Jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima penerimaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan paragraph28 dan 29 dan sesuai dengan PSAK 55(Revisi 2006) “lindungi nialai atas nilai wajar. Laba atau rugi dari suatu instrument derivative yang diberlakukan sebagai dan memenuhi persyaratan sebagai instrument lindung nilai
  3. Jika nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur secara andala, maka pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang dan jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan

PENGINDENTIFIKASIAN TRANSAKSI

–          Kriteria pengakuan diterapka secara terpisah  pada setiap transaksi

–           Kriteria pengakuan pendapatan diterapkan pada komponen-komponen yang dapat diindentifikasikan secara terpisah dari transaksi tunggal agar mencerminkan subtansi transaksi tersebut

PENJUALAN BARANG

Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:

  1. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli;
  2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual
  3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
  4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas tersebut
  5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan trasaksi penjualan dapat diukur dengan andal

Bila salah satu kriteria diatas tidak dipenuhi, maka pengakuan pendapatan harus ditangguhkan. Pendapatan tidak diakui apabila entitas tersebut menahan resiko dan manfaat kepemilikan secara signifikan dalam berbagai cara, misalnya:

  1. Jika perusahaan menahan kewajibannya sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin oleh ketentuan jaminan normal
  2. Jika penerimaan pendapatan dari penjualan bergantung pada pendapatan pembelian dari penjualan barang yg bersangkutan
  3. Jika pengiriman barang bergantung pada intalasinya dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh entitas; dan
  4. Jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan entitas tidak dapat memastikan apakah akan jadi retur.

Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau peristiwa tertentu diakui secara bersamaan; proses ini biasanya mengacu pada pengaitan pendapatan dengan beban (matching revenue and expense). Beban, termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang berkaitan dapat dipenuhi. Tetapi, pendapatan tidak dapat diakui bila beban yang berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian, setiap imbalan yang telah diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai suatu kewajiban.

PENJUALAN JASA

Jika hasil transaksi penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut di akui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:

  1. Jumlah pendaptan dapat diukur secara andal
  2. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas
  3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; dan
  4. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur secara andal

Pengakuan pendapatan dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode sebagai metode persentase penyelesaian.  Dengan metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan.  Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja dalam suatu periode.  PSAK 34 : Akuntansi Kontrak Kontruksi juga mensyaratkan pengakuan pendapatan berdasarkan hal ini.  Persyaratan PSAK 34 secara umum berlaku untuk pengakuan pendapatan dan beban terkait untuk transaksi yang melibatkan pemeberian jasa. PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi (Accounting for Construction Contracts)

“Bila hasil (outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca”

Entitas pada umumnya dapat membuat estimasi andal setelah entitas mencapai persetujuan dengan pihak lain mengenai hal-hal berikut dalam transaksi:

  1. Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan secara hukum terkait dengan jasa yang diberikan dan terima pihak tersebut;
  2. Imbalan yang dipertukarkan dan
  3. Cara dan persyaratan penyelesaian.

Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode, tergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi:

  1. Survey pekerjaan yang telah dilaksanakan
  2. Jasa yang dilakukan atau
  3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut.

Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanankan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkanjasa yang dilakukan atau akan dilakukan dimasukkan kedalam estimasi total biaya transaksi tersebut.

Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari pelanggan sering kali tidak mencerminkan jasa yang dilakukan.

Jika hasil transaksi terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat dipulihkan.

 

Bunga, Royalti dan deviden

Pendapatan dari penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan deviden jika:

  1. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan traansaksi tersebut akan mengalir ke entitas;
  2. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal

Pengakuan Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:

  1. Bunga diakui menggunakan suku bunga efektif sesuai PSAK 55 (revisi 2006) paragraph 08 dan PA 17-20
  2. Royalty diakui dengan dasar akural sesuaidengan subtansi perjanjian yang relevan
  3. Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan

 

PENGUNGKAPAN

Entias mengungkapkan:

  1. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa
  2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersbut, termasuk pendapatan yang berasal dari penjulan barang, penjualan jasa, bunga, royalty,dividen
  3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan

Secara garis besar PSAK 23( revisi 2010)  dengan PSAK 23 ( revisi 1994) tidak mempunyai banyak perubahan  namun PSAK 23 (revisi 2010) sudah dilengkapi lampiran yang mengadopsi Appendix IAS 18 REVENUE

Perbedaan PSAK 23 (revisi 2010) dengan PSAK 23 (revisi 1994)

Perihal ED PSAK 23 (revisi 2009) PSAK 23 (1994)
Pendapatan bunga dari aset TIdak diatur Hasil efektif suatu aset merupakan tingkat bunga yang diperlukan untuk mendiskontokan aliran penerimaan kas di masa depan
Pengakuan dividen pada efek Tidak diatur Dividen pada efek ekuitas diumumkan dari penghasilan neto sebelum pembelian, dividen tersebut dikurangi dari harga beli efek tersebut.


 

Pengakuan Pendapatan berdasarkan IAS no 18

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi (kas, piutang, aset lainnya) yang timbul dari aktivitas operasi normal entitas (seperti penjualan barang, penjualan jasa, bunga, royalti, dan dividen).

Cakupan standar IAS 18 berlaku untuk akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari

  • Penjualan barang;
  • Jasa, dan
  • Penggunaan aset entitas oleh orang lain, menghasilkan (untuk entitas) bunga, dividen dan royalti.
  1. Bunga, yang merupakan biaya untuk penggunaan kas dan setara kas atau untuk jumlah karena entitas;
  2. Royalti, yang merupakan biaya untuk penggunaan aset jangka panjang dari badan seperti pola-Ent atau merek dagang yang dimiliki oleh entitas; dan
  3. Dividen, yang merupakan distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas pada modal saham entitas lain.

Pengakuan Pendapatan

Pengakuan, sebagaimana didefinisikan dalam Framework IASB berarti menggabungkan item yang memenuhi definisi pendapatan (di atas) dalam laporan laba rugi ketika memenuhi kriteria sebagai berikut:

  1. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item pendapatan akan mengalir ke entitas, dan
  2. jumlah pendapatan dapat diukur dengan keandalan

Pengukuran pendapatan

Inflow yang biasanya dalam bentuk uang tunai atau ekuivalents, ditangguhkan, nilai wajar pertimbangan akan jumlah yang lebih rendah dari nominal jumlah pertimbangan. Perbedaan antara nilai wajar dan nilai nominal pertimbangan, yang merupakan nilai waktu dari uang, diakui sebagai bunga dan pendapatan.
Kriteria pengakuan pendapatan

Pengakuan pendapatan dari penjualan barang.

Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh lima syarat yang disebutkan di bawah ini terpenuhi.

  1. Entitas pelaporan telah mengalihkan risiko signifikan dan manfaat kepemilikan
    barang kepada pembeli;
  2. Entitas tidak mempertahankan baik mengelola terus (mirip dengan yang
    biasanya berhubungan dengan kepemilikan) atau pengendalian efektif atas barang yang dijual;
  3. Jumlah pendapatan yang bisa diakui dapat diukur dengan andal;
  4. Probabilitas bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas ada;
  5. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat diukur andal.

Panduan menyertai PSAK 18 tetapi bukan bagian dari IAS 18.Ini mencakup sebagai berikut:

  1. Konsinyasi penjualan. Pendapatan diakui oleh shipper (penjual atau pengirim), bukan oleh penerima (pembeli atau penerima), saat barang yang dijual kepada pihak ketiga.Barang keluar pada konsinyasi tetap merupakan milik pengirim dan termasuk dalam persediaan. penerima barang adalah menjual barang atas nama pengirim untuk komisi.
  2. Kas penjualan pengiriman. Dalam hal ini, pendapatan yang diakui setelah pengiriman barang ini dibuat dan kas yang diterima. Penjualan kepada pihak menengah, seperti distributor, dealer atau orang lain untuk dijual kembali.Secara umum, pendapatan diakui pada saat risiko dan manfaat kepemilikan telah dialihkan. Dalam situasi ketika pembeli bertindak, pada dasarnya, sebagai agen, penjualan diperlakukan sebagai penjualan konsinyasi.
  3. Langganan untuk publikasi dan item serupa. Pendapatan diakui pada garis-lurus
    dasar selama periode di mana barang-barang yang dikirim (ketika item nilai semacam itu); atau berdasarkan nilai penjualan barang dikirim ke estimasi nilai total penjualan (ketika item bervariasi nilai).
  4. Installment penjualan, di mana pertimbangan adalah piutang dengan angsuran. Pendapatan diakui sebesar nilai tunai dari pertimbangan, ditentukan oleh pendiskontoan piutang angsuran pada tingkat diperhitungkan bunga.

Real estate penjualan. Sesuai dengan IFRIC 15, pendapatan dari pembangunan real estat diakui tergantung pada apakah kesepakatan ini untuk penjualan barang, jasa, atau kontrak konstruksi (dalam ruang lingkup PSAK 11 atau IAS 18).

perbedaan antara ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan dengan IAS 18: Revenue

  1. ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan tidak mengadopsi catatan kaki paragraf 20 (d) IAS 18 yang mengacu SIC 27: Evaluating the Substance of Transactions in the Legal Form of a Lease, karena SIC 27 belum diadopsi.
  2. ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan tidak mengadopsi catatan kaki paragraf 20(d) IAS 18 yang mengacu SIC 31: Revenue-Barter Transactions Involving Advertising Services, karena SIC 31 belum diadopsi.
  3. Tanggal efektif ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan berbeda dengan tanggal efektif IAS 18: Revenue.
  4. ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan tidak mengadopsi paragraf 38 IAS 18 tentang amandemen biaya investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas atau entitas asosiasi dan IAS 27: Consolidated and Separate Finance

Read Full Post »