Feeds:
Pos
Komentar

Archive for April, 2016

Belajar Bahasa Inggris sejak lama adalah passion saya. Dengan mempelajarinya, selain merasa keren (??), saya yakin bahwa ilmu bahasa juga akan memudahkan hidup saya. Karena itulah janji Tuhan: para pencari ilmu akan ditinggikan derajatnya. Ketika selepas lulus D-III STAN ditugaskan di Sekretariat Kemenkeu-OECD (sebuah lembaga internasional), saya menyadari skill Bahasa Inggris saya amat lemah. Karenanya, kemudian mendaftarlah saya di kursus TOEFL PBT LBI-UI (Universitas Indonesia). Ini juga sebagai persiapan melanjutkan pendidikan D-IV saya. Pertama kali mengikuti tes prediksi TOEFL, skor saya masih di bilangan 490. Setelah kursus, di exit test skor TOEFL saya bisa naik di level 550. Skill ini amat membantu saya saat Ujian Saringan Masuk D-IV, hingga akhirnya saya lulus dan bisa berkuliah kembali.

 

Setelah merampungkan D-IV di akhir 2013, saya yang kala itu masih belum ‘mengenal’ IELTS kembali mengisi waktu after-hours dengan kursus TOEFL. Agak salah jalan sebenarnya, karena sejak belajar TOEFL saya terlanjur berobsesi mencapai target TOEFL maksimal, 677. Terlalu ambisius ya? Itulah mengapa saya “salah jalan” hehe.. Kembali, kursus menjadi cara yang ampuh untuk menaikkan skor prediksi TOEFL saya (karena belum pernah merasakan official TOEFL test). Selain rutin berlangganan Jakarta Post sepekan sekali, menonton film Amerika dan mendalami buku TOEFL Bruce Rogers adalah cara saya memperdalam TOEFL. Di exit test, alhamdulillah saya bisa mencapai level 620.

 

Selepas belajar TOEFL, saya mulai mencari info perbeasiswaan, termasuk LPDP. Saya kaget tatkala mengetahui umumnya kampus asing mempersyaratkan IELTS/TOEFL IBT, bukan TOEFL PBT/ITP. Pikiran saya langsung terbayang kepada 1 hal: kursus lagi. Walau membutuhkan banyak pengorbanan (termasuk waktu bersama keluarga LDR saya), worthed rasanya. Ketika mempelajarinya, ternyata IELTS amat berbeda dengan TOEFL. Untung saya tidak telat banget. Masih ada setengah tahunan sebelum saya diizinkan kantor untuk mengikuti seleksi beasiswa, LPDP Batch I 2016. Tiga bulanan belajar, saya kecewa saat tau nilai IELTS exit test masih stuck di 5.0. Rencana tes pun saya tunda. Memperbanyak latihan buku IELTS Cambridge untuk Reading dan Listening serta bergabung dengan grup Line IELTS kemudian saya lakukan (info lengkap, silakan join Facebook Group “Indonesia IELTS Study Group”:).  Credit goes to Sir Yosserin, sang “Daddy-nya” grup yang memberikan banyak masukan kepada kami tentang IELTS. Karenanya, tidak rugi-rugi banget rasanya  menunda beberapa bulan. Namun demikian, penundaan tes IELTS ini pun mau tidak mau berakibat saya harus membuat plan B, dari mendaftar LPDP dengan hasil IELTS menjadi ‘hanya’ dengan TOEFL. Untungnya, saya telah belajar TOEFL PBT dan alhamdulillahnya setelah official test, saya mendapat skor 573, lebih dari syarat minimal LPDP, 550. Skor itulah yang kemudian saya submit untuk registrasi online LPDP di 14 Januari, sambil tetap mempersiapkan tes IELTS.

 

Tibalah saatnya hari yang menegangkan itu, tes IELTS pada 23 Januari. Saya memilih IDP Bandung sebagai testvenue. Sabtu itu, saya menyesal tidak bisa perform my best di sesi Speaking, salah satu section yg saya anggap sebagai kekuatan saya. Karenanya, sayapun ragu mendapat 6.0 di section ini. Untuk section lain, saya menargetkan asal dapat average 6.5 sajalah.. Menjelang pelaksanaan seleksi substansi LPDP, skor IELTS saya keluar pada 5 Februari. Alhamdulillah, hasilnya melebihi perkiraan. Skor total saya 7.0 dengan subscore Reading 8.0, Listening 7.0, Writing 6.5 serta 6.0 pada Speaking yang alhamdulillah bisa melewati ‘nilai mati’ 5.5. Hasil yang tidak linear dengan prediksi saya. Skor ini benar-benar menjadi confidence booster dalam mempersiapkan interview LPDP. Pada hari H tanggal 12 Februari, alhamdulillah Tuhan memudahkan. Essay, LGD, dan yang paling penting interview dapat dilalui dengan memuaskan. Saya ingat, para pewawancara menunjukkan raut wajah berbeda sesudah IELTS report saya perlihatkan. Pada 10 Maret, alhamdulillah akhirnya saya dinyatakan lulus Tes Substansi LPDP.. Ini, bagi saya, adalah skenario Tuhan yang tidak linear, karena saya sempat menganggap TOEFL PBT sudah out-of-date. Nyatanya, kedua tes bahasa itu saling melengkapi: TOEFL ‘menambal’ seleksi administrasi LPDP sementara IELTS mempermudah tes substansinya.

 

Lesson-learnt yang saya dapat, adalah memperdalam ilmu -dalam hal ini Bahasa Inggris- tidak akan mengingkari janji Tuhan. Dengan belajar, Tuhan alhamdulillah meninggikan ‘derajat’ akademik saya. Yang sebelumnya D-III ke D-IV. Yang sekarang D-IV ke S-II, insyaAllah.. Hikmah lainnya, seringkali Tuhan menetapkan rezeki manusia dengan cara-Nya sendiri, yang tidak linear dengan prediksi kita. Karenanya, cukuplah jalankan kewajiban kita: berusaha. Dan tak lupa, berdoa. Semoga Tuhan mudahkan usaha kita semua dalam menuntut ilmu, amiin 🙂

 

-ditulis sebagai spesial tribute untuk keluarga kecilku-
kalo anda mengira artikel ini membahas tentang Toefl IBT, maaf, bukan 😦

Read Full Post »