Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘accounting theory’ Category

PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI STAN

KELAS 7A

KELOMPOK IV

Azwar Rakhman (6)

Fransiskus Lucky Arif Wicaksana (13)

Jakarta

2012

CHAPTER 3

Income Concepts

Tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dalam membuat prediksi mengenai performa perusahaan. Dan sumber utama yang digunakan oleh para investor untuk membuat keputusan adalah pelaporan income. Berikut ini beberapa kegunaan konsep income untuk berbagai bidang :

  1. Sebagai dasar penghitungan pajak
  2. Sebagai ukuran keberhasilan suatu perusahaan
  3. Sebagai kriteria tersedianya deviden
  4. Digunakan oleh pihak yang berwenang dalam mengatur tariff apakah tariff tersebut adil dan sesuai/masuk akal
  5. Sebagai panduan manajemen perusahaan dalam menyelasaikan permasalahan-permasalahannya

Menurut FASB, tujuan akuntansi keuangan adalah untuk memberikan informasi pada pengguna laporan keuangan yang akan membantu mereka dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas di masa depan.

Perbedaan Pandangan mengenai Income

Walaupun sudah disepakati bahwa income sangatlah penting, namun ada perbedaan pandangan mengenai income :

  • Pandangan Neraca – Pendekatan Ekonomi :

“Income adalah kenaikan bersih nilai aset dalam satu periode”

  • Pandangan Laba Rugi – Pendekatan Akuntansi/Transaksi :

Pandangan ini menganggap “Neraca sebagai daftar item yang tersisa setelah income dihasilkan dari revenue – cost”

Sifat Income

Income bisa bermacam-macam bentuknya, yang biasanya didiskusikan dalam banyak buku literatur adalah tiga konsep berikut :

  1. Psychic income, yaitu kepuasan atas keinginan manusia
  2. Real income, yaitu peningkatan kekayaan
  3. Money income, yaitu kenaikan nilai moneter suatu sumber daya

Para ekonom sependapat bahwa tujuan pengukuran income adalah untuk menentukan berapa banyak suatu entitas menjadi lebih baik dalam suatu periode, maka dari itu penentuan Real Income menjadi fokus para ekonom.

Pernyataan seorang ekonom, J.R Hicks adalah sebagai berikut :

“Tujuan pengukuran/penghitungan income dalam prakteknya adalah untuk memberikan indikasi berapa jumlah yang dapat dikonsumsi tanpa mengurangi kekayaan”

“Pendapatan seseorang adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi selama seminggu tanpa mengakibatkan perubahan kekayaan antara akhir minggu dan awal minggu tersebut”

Dalam bisnis, ini berarti perubahan net aset dalam suatu periode akuntansi dengan mengecualikan investasi/distribusi kepada pemilik.

Konsep tersebut, oleh para akuntan disebut capital maintenance, dalam konsep ini, tidak ada income yang boleh diakui sampai modal (ekuitas atau net aset) dapat dipertahankan dan biaya biaya dikembalilkan. Namun dalam prakteknya, ada perdebatan mengenai pengukuran kekayaan (nilai net aset) yang tepat.

Konsep Capital Maintenance

                Munculnya income berarti ada pengembalian atas modal disetor (return on invested capital). Pengembalian tersebut terjadi hanya setelah jumlah yang diinvestasikan dapat dijaga atau dikembalikan. Maka dari itu dalam konsep capital maintenance, penting untuk membedakan return of dan return on invested capital, dan penentuan income.

Ada dua konsep utama capital maintenance : financial capital maintenance dan physical capital maintenance. Financial capital maintenance adalah ketika jumlah finansial dari net aset pada akhir periode melebihi jumlah finansial net aset pada awal periode, kecuali transaksi dengan pemilik. Pandangan ini didasarkan pada transaksi dan merupakan pandangan tradisional dari capital maintenance yang diterapkan oleh para akuntan.

Physical capital maintenance menyatakan bahwa return on capital terjadi ketika kapasitas produktif secara fisik suatu perusahaan pada akhir periode melebihi kapasitasnya di awal periode, dengan mengecualikan transaksi dengan pemilik. Konsep ini menyatakan bahwa income diakui hanya setelah dapat memberikan pengganti aset operasi perusahaan. Kapasitas produksi pada suatu waktu adalah sama dengan nilai saat ini (current value) net aset untuk menghasilkan pendapatan. Current values menjadi ekspektasi mengenai kemampuan menghasilkan pendapatan di masa depan.

Replacement Cost

Menurut Edwards dan Bell, harga beli saat ini (current entry prices) membuat dapat dilakukannya penilaian manajerial untuk mempertahankan suatu aset dengan memisahkan current value income (holding gains and losses) dari current operating income. Dengan asumsi bahwa operasi perusahaan akan berlanjut, pemisahan ini membuat profitabilitas jangka panjang suatu perusahaan dapat dinilai. Pendapatan perusahaan yang terjadi berulang-ulang dan dapat dikendalikan dapat dibandingkan berhadapan faktor yang mempengaruhi operasi namun diluar kendali manajemen. Replacement cost menyediakan suatu ukuran harga untuk mengganti kapasitas operasi saat ini, kemudian menjadi suatu cara untuk mengevaluasi berapa banyak perusahaan dpat memberi bagian pada pemegang saham dan masih menjaga kapasitas produksinya.

Namun banyak masalah dalam pengukuran terjadi dalam menentukan nilai replacement cost. Perusahaan dapat dengan mudah menilai replacement cost aset aset yang ada di pasaran, namun untuk plant aset yang tidak tersedia di pasaran, perusahaan harus melakukan penilaian estimasi nilai pengganti aset tersebut.

Pendekatan alternatif untuk memperkirakan replacement cost adalah dengan menggunakan index kemampuan membeli (purchasing power index). Index harga spesifik dirancang untuk mengukur apa yang terjadi dengan harga terhadap suatu segmen ekonomi, misalnya peralatan untuk industri, seperti baja atau pertambangan. Penerapan atas index daya beli spesifik dapat memberikan perkiraan yang masuk akal selama nilai aset yang dinilai bergerak seperti aset-aset serupa dalam industri serupa.

Terakhir, relevansi harga beli masih menjadi pertanyaan, Sterling menyatakan bahwa nilai harga beli aset yang belum dimiliki adalah relevan hanya pada saat dibeli. Untuk aset yang sudah dimiliki, nilai harga beli adalah tidak relevan dengan apa yang bisa direalisasi pada saat penjualan.

Exit Value or Selling Prices

Pendekatan lainnya dalam menentukan current value adalah exit value atau nilai harga jual. Pendekatan penilaian ini menilai tiap aset pada titik penjualan. Setiap aset – inventory, pabrik, peralatan, dsb – dinilai berdasarkan harga jual yang dapat direalisasi jika perusahaan memilih untuk menjualnya.

Karena holding gains dan losses diakui secara langsung, pendekatan nilai harga jual sepenuhnya mengabaikan prinsip realisasi untuk pengakuan pendapatan. Saat yang penting untuk pengakuan pemasukan menjadi saat pembelian, bukan saat penjualan.

Chambers dan Sterling yakin bahwa nilai jual memiliki relevansi terhadap keputusan. Pada setiap periode akuntansi, manajemen menentukan apakah untuk mempertahankan, menjual atau mengganti aset. Menjadi bahan perdebatan bahwa nilai jual menyediakan informasi yang lebih baik kepada pengguna untuk menilai likuiditas dan kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan stimulus ekonomi yang berubah-ubah. Karena manajemen memiliki pilihan untuk menjual asetnya, nilai jual memberikan suatu cara untuk menilai resiko.

Sama seperti nilai beli, menentukan nilai jual juga memiliki masalah. Pertama masalah dasar menentukan harga jual untuk aset, yaitu tidak adanya pasar yang selalu siap membeli. Kedua, pendapat bahwa nilai jual harus berdasarkan pada harga atas penjualan normal, bukan atas likuidasi yang terpaksa, hal ini mungkin bisa diaplikasikan pada aset seperti inventory, namun akan tidak mungkin diaplikasikan pada aset pabrik karena tidak mungkin dijual secara normal.

Discounted Present Value

Pendekatan ketiga dalam menilai net aset adalah discounted cash flow. Menurut konsep ini, nilai sekarang dari cash flow di masa depan yang diharapkan akan diperoleh dari aset adalah nilai relevan sebuah aset (atau hutang) yang seharusnya dilaporkan di neraca. Dalam metode ini income adalah sama dengan perbedaan present value dari net aset di akhir periode dibanding dengan pada awal periode, kecuali transaksi dari/kepada pemilik. Penilaian ini hampir sama dengan konsep ekonomi dari income karena nilai yang didiskontokan mungkin adalah perkiraan yang paling mendekati dari nilai sebenarnya suatu aset.

Argumen yang kuat dapat dibuat untuk konsep cash flow yang didiskontokan. Semua aset diasumsikan diperoleh untuk manfaat di masa depan kepada perusahaan. Lebih dari itu, ada asumsi bahwa perusahaan mau membayar harga beli aset tersebut karena percaya bahwa aset tersebut nantinya akan membawa keuntungan bagi perusahaan. Maka secara eksplisit maupun implisit, harga awal berhubungan dengan nilai sekarang dari cash flow yang diharapkan akan diterima di masa depan dari aset tersebut. Penggunaan berkelanjutan suatu aset berarti bahwa nilainya berhubungan dengan arus kas yang diharapkan akan diterima di masa depan. Maka, perubahan arus kas yang diharapkan akan diterima dan nilai sekarang aset tersebut dari waktu ke waktu akan menjadi relevan. Kemudian, diperkirakan bahwa nilai sekarang suatu aset di akhir periode merupakan perkiraan mengenai berapa perusahaan mau mengeluarkan untuk mengganti aset tersebut sehingga kapasitas produksi terjaga. Secara konsekuen, pengukuran income dengan cara ini konsisten dengan konsep pemeliharaan modal (capital maintenance).

Penggunaan pengukuran present valuedalam akuntansi mendapat dorongan tambahan oleh FASB dengan dikeluarkannya SFAC No.7 “Menggunakan Pengukuran Arus Kas dan Pengukuran Present Value dalam Akuntansi”. Walaupun demikian, ada tiga masalah besar dalam konsep discounted cash flow.

  1. Konsep ini sangat bergantung pada estimasi arus kas dengan suatu periode. Akibatnya, baik jumlah cash yang akan dihasilkan dan kapan jumlah tersebut dihasilkan harus ditentukan.
  2. Menentukan nilai diskonto yang sesuai
  3. Aset perusahaan saling berhubungan. Walaupun nilai sekarang masing2 aset dapat ditentukan, namun keuntungan perusahaan didapat dari penggunaan gabungan aset perusahaan, sehingga sebenarnya sulit menentukan berapa besar sebuah aset berkontribusi terhadap penghasilan perusahaan.

Current Value dan Model Akuntansi Historical

Walaupun model akuntansi sekarang bergantung banyak kepada historical cost, diskusi dan pernyataan yang dikeluarkan FASB baru-baru ini mengindikasikan adanya pergerakan menuju penyediaan informasi current value. Sebagai contoh SFAS NO.33 menyediakan petunjuk untuk informasi current cost untuk aset non-moneter; SFAS No.114 dan 115 menuntut agar investasi dalan instrumen finansial dilaporkan dalam fair value dan agar perusahaan memberikan informasi tambahan atas informasi market value.

Income Recognition

Dalam upaya untuk mengatasi masalah pengukuran yang berhubungan dengan konsep pendapatan secara ekonomi, akuntan menggunakan pendekatan transaksi untuk mengukur aset, kewajiban, pendapatan dan beban. Pendekatan ini bergantung pada (presumptions) bahwa elemen laporan keuangan harus dilaporkan pada saat ada bukti transaksi dengan pihak luar (arm’s length transaction). Akuntansi berdasarkan transaksi pada umumnya meminta agar income yang dilaporkan adalah hasil dari bertransaksi dengan entitas diluar unit yang melaporkan income tersebut dan menyebabkan prinsip realisasi. Prinsip realisasi menyatakan bahwa income seharusnya diakui ketika proses pendapatan selesai atau terlihat selesai dan transaksi pertukaran telah terjadi. Transaksi adalah dasar akuntabilitas dan menentukan baik penentuan waktu pengakuan pendapatan dan jumlah yang harus dicatat. Laporan keuangan sebagai hasilnya dinyatakan dalam modal yang diinvestasikan dalam aset bersih dan pengembalian atas investasi tersebut kepada pemegang saham. Karenanya, akuntansi berdasarkan transaksi konsisten dengan konsep capital maintenance.

Akuntansi berdasarkan transaksi bertolak belakng dengan konsep income secara ekonomi dalam hal income secara akuntansi ditentukan dengan mengukur hanya net aset yang dicatat saja, dengan mengecualikan transaksi dari/kepada pemilik, dalam suatu periode. Konsep income secara akuntansi pada umumnya tidak mencoba melaporkan nilai yang diharapkan atas aset dan kewajiban.

Edwards dan Bell mengusulkan, bahwa dengan sedikit perubahan dalam prosedur akuntansi saat ini, empat jenis income dapat didapat : (1) current operating profit (laba operasi sekarang) – nilai lebih pendapatan penjualan terhadap biaya unput yang digunakan dalam produksi dan dijual. (2) realizable cost saving (penghematan biaya yang dapat direalisasi) – kenaikan harga aset yang dipegang dalam suatu periode. (3) realized cost saving – perbedaan antara harga historical dengan harga beli sekarang dari barang yang dijual. (4) realized capital gains (laba modal yang terealisasi) – jumlah lebih nilai yang diterima atas penjualan dari biaya historis suatu aset yang di-dispose

Sprouse menjelaskan mengenai ARS No.3 dengan konsep yang lebih sempit :

Karena kepemilikan bunga senantiasa berpindah tangan, kita harus berusaha untuk pengakuan yang tepat waktu atas perubahan yang dapat diukur, dan untuk melakukannya, kita harus mengidentifikasi sifat perubahan tersebut. Sebagaimana yang sekarang dilaporkan, income dapat terdiri dari tiga elemen, yang masing masing memiliki arti secara ekonomi yang berbeda. Apakah laba kotor benar benar dari hasil operasi – perbedaan harga jual produk dan biaya untuk memproduksinya, dan keduanya dinilai dalam harga sekarang? Berapa banyak dari income perusahaan bukan dari hasil operasi melainkan dari perubahan nilai aset yang signifikan, misal jumlah persediaan bahan baku yang banyak, seperti segudang gula? Perubahan tersebut cenderung tidak disengaja dan tidak dapat diperkirakan, maka dari itu perlu dipisahkan jika laporan keuangan memang dimaksudkan untuk diinterpretasikan dan pengukuran income dijadikan dasar untuk keputusan investasi. Dan berapa banyak dari apa yang dilaporkan sebagai income sebenarnya bukan income sama sekali, melainkan hanya hasil perubahan cara pengukuran pendapatan dan beban?

Perubahan besar yang dianjurkan oleh Edwards dan ARS No.3 adalah pelaporan unrealized gains/losses (laba/rugi yang belum terealisasi) dari aset bersih suatu entitas dalam suatu periode.  Para pendukung mengaku bahwa melaporkan holding gains/losses akan meningkatkan informasi dari laporan keuangan. Argumen ini berfokus pada dua poin utama : (1) laba/rugi yang besar akibat mempertahankan aset dan kewajiban tertentu harus dilaporkan pada saat terjadi. Dan (2) perubahan dalam unit pengukuran harus dihilangkan dari proses pelaporan; yaitu, laporan keuangan harus disesuaikan dengan efek inflasi.

Baru baru ini FASB telah mengadopsi pendekatan neraca yang mendefinisikan income sebagai perubahan periodik dalam net aset. Perubahan ini diperlukan seiring dengan waktu, FASB telah mengalah pada tekanan dari pengguna laporan keuangan untuk mengesahkan pendekatan kinerja operasi berjalan dalam menentukan laba dengan cara memperbolehkan beberapa perubahan dalam aset dan kewajiban tidak dilaporkan dalam laporan keuangan. Praktek ini mendapatkan perhatian dari akademis dan analis investasi yang berpusat pada dua hal : (1) Kesulitan pengguna untuk memperoleh informasi yang terkubur dalam laporan laba rugi dan neraca, dan (2) dampak dan pentingnya item-item tersebut dalam penilaian ekuitas. Atas kekhawatiran tersebut, FASB mengeluarkan SAFS No.130 “Comprehensive Income” yang menjelaskan Comprehensive Income sebagai perubahan dalam net aset selain transaksi kepada/dari pemilik. Tujuan utama dari pernyataan FASB ini adalah untuk memberikan item-item yang termasuk dalam item Comprehensive Income, yaitu yang perubahannya dalam aset dan kewajiban tidak dilaporkan dalam laporan laba rugi.

Measurement

Pelaporan pendapatan dalam bisnis mengasumsikan bahwa semua item pendapatan dan beban dapat diukur. Pengukuran adalah memberikan angka kepada objek atau kejadian sesuai aturan. Pengukuran juga merupakan proses membandingkan untuk mendapatinformasi yang lebih pasti untuk membedakan satu pilihan dengan pilihan lainnya dalam situasi pengambilan keputusan.

Unit pengukuran akuntansi di Amerika adalah US Dollar, namun ketidakstabilan dari unit pengukuran ini menyebabkan masalah, misalnya nilai penjualan yang berubah tiap tahun walaupun jumlah barang yang dijual sama. Masalah ini banyak disebabkan karena perubahan nilai dollar.

Faktor lain yang mempersulit pengukuran secara akuntansi adalah keputusan sepihak yang harus dibuat untuk tujuan pelaporan periodik. Depresiasi, amortisasi adalah contoh dari pengukuran sewenang-wenang dengan teknik yang tidak pasti. Maka dari itu pengguna laporan keuangan harus memahami batasan yang melekat pada teknik pengukuran dalam akuntansi.

Akuntansi untuk Inflasi

Sebab utama dari ketidakstabilan dalam pengukuran akuntansi adalah efek inflasi dan deflasi dari ekonomi yang memiliki dampak umum terhadap daya beli mata uang. Inflasi mengikis daya beli aset moneter, yang akan mempengaruhi secara negatif nilai uang yang diinvestasikan di aset bersih perusahaan. Laba yang diukur sebagai perubahan dalam tingkat harga – net aset yang disesuaikan dari awal periode ke akhir periode, diluar transaksi dengan pemilik, akan mencerminkan pengikisan investasi modal moneter sehingga akan konsisten dengan konsep financial capital maintenance.

Pengakuan dan realisasi laba

Terdapat kebingungan besar dalam literatur akuntansi dalam menetapkan makna dasar dari “pengakuan” dan “realisasi”.

Pengakuan adalah proses formal dalam mencatat kejadian atau transaksi sedangkan realisasi adalah proses pengkonversian aset non kas ke dalam kas atau klaim terhadap kas. Akuntansi berbasi transaksi mengakui dan melaporkan laba yang terealisasi atau dapat direalisasi. Oleh sebab itu, pengakuan akuntansi didasarkan pada penentuan kapan realisasi tersebut terjadi. Kritik terhadap proses akuntansi mendukung konsep ekonomi dari laba riil, sebagaimana laba diperoleh secara terus menerus. Akuntan berpendapat bahwa sangat tidak praktis untuk mencatat laba dalam basis berkelanjutan. Konsekuensinya, akuntan harus memilih titik penting dalam waktu untuk mencatat terjadinya laba. Untuk perusahaan pabrikasi, terdapat beberapa kemungkinan termasuk akuisisi bahan baku, proses produksi, penjualan, penerimaan kas atau saat diselesaikannya aktivitas pasca penjualan seperti garansi.

Pada 1964, komite asosiasi akuntansi amerika merekomendasikan konsep realisasi laba dapat ditingkatkan jika kriteria berikut ini tersedia:

  1. Laba harus dapat diukur
  2. Pengukuran laba harus diverifikasi oleh transaksi pasar eksternal
  3. Harus ada kejadian penting

Elemen kunci dari pengakuan tersebut adalah poin 3 dimana penilaian kejadian penting menyatakan bahwa laba harus direalisasikan saat terjadi titik paling krusial dalam proses perolehan. Penilaian ini menghasilkan berbagai titik pengakuan laba untuk organisasi bisnis yang berbeda.

Penggabungan penggunaan penilaian kejadian penting dengan pendekatan transaksi menghasilkan laba akuntansi yang mengukur perbedaan antara penjualan produk perusahaan dengan biaya yang muncul terkait dengan produksi. FASB mendefinisikan laba sebagai “aliran masuk atau peningkatan lain atas aset sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dalam sebuah periode produksi, pelayanan, atau aktivitas lain yang merupakan operasional utama entitas.

Praktik yang terjadi sekarang, laba biasanya diakui saat titik penjualan. Bagaimanapun, titik pengakuan bisa diajukan atau diundur berdasarkan jenis transaksi tertentu. Secara umum, pergeseran atas pengakuan laba dari titik penjualan muncul merupakan sebab dari tingkat kepastian yang berbeda-beda. Ketika tingkat kepastian dikaitkan dengan realisasi, pengakuan laba bisa mendahului titik penjualan. Sebaliknya, semakin besar tingkat ketidakpastian mengakibatkan kecenderungan menunda titik pengakuan laba. Kriteria titik kepastian menghasilkan titik pengakuan laba yang berbeda-beda terhadap siklus penjualan-produksi.

  1. Laba diakui sepanjang proses produksi, diterapkan pada perusahaan yang memiliki rentang produksi lebih dari satu periode.
  2. Laba diakui saat penyelesaian proses produksi, diterapkan jika produk akan dijual dengan harga yang telah ditentukan pada pasar yang terstruktur.
  3. Laba diakui saat layanan dilaksanakan, diterapkan pada transaksi yang melibatkan kontrak jasa. Pengakuan laba terikat pada jasa yang telah diselesaikan.
  4. Laba diakui saat kas diterima, diterapkan pada keadaan tertentu dimana kemungkinan kas diterima sangat diragukan.
  5. Laba diakui saat terjadinya kegiatan tertentu, diterapkan pada keadaan tertentu dimana kontrak tidak ada atau hak untuk membatalkan masih harus dibuktikan.

Keadaan yang menyebabkan pengakuan memiliki perlakuan khusus

Beberapa keadaan tertentu tidak dapat dimasukkan ke dalam salahsatu dari kategori diatas. Pada SFAS no 48 menyatakan bahwa pengakuan laba dilakukan saat munculnya hak atas pengembalian. FASB menyatakan bahwa penjual harus mengakui laba saat titik penjualan saat munculnya hak atas pengembalian harus memenuhi beberapa keadaan berikut ini:

  1. Harga jual tetap atau dapat ditentukan saat tanggal penjualan
  2. Pembeli telah membayar atau berkewajiban membayar kepada penjual
  3. Pembeli menanggung risiko kerugian atas kehilangan atau kerusakan
  4. Pembeli tidak memiliki hubungan khusus dengan penjual
  5. Penjual tidak memiliki kewajiban utama terhadap kinerja di masa depan terkait penjualan kembali atas produknya
  6. Pengembalian di masa depan dapat diestimasi secara beralasan

Jika pada kejadian hal tersebut tidak memenuhi syarat dan pengakuan laba harus ditangguhkan, laba harus diakui pada titik pertama saat hak pengembalian telah dilampaui dan syarat tersebut terpenuhi.

Alasan mendasar atas perbedaan pengakuan tersebut adalah adanya perbedaan tingkat kepastian dan keterjadian kejadian penting atau aktivitas proses perolehan. Minimnya kriteria spesifik dalam membantu menentukan kapan mencatat laba juga dapat berujung pada penyalahgunaan laporan.

SEC Staff accounting bulletin no 101

Dokumen ini mengindikasikan bahwa dukungan terhadap panduan pengakuan laba sangat penting mengingat banyaknya isu mengenai pengakuan laba yang dihadapi para registran. Perhatian juga nampak karena banyaknya porsi fraud dalam laporan keuangan menyangkut pengakuan laba yang ditinggikan. Menurut SAB no 101, jika transaksi terjadi dibawah literatur kewenangan spesifik yang mendukung panduan pengakuan laba, maka literatur tersebut wajib dipergunakan. Bagaimanapun, dalam ketiadaan literatur kewenangan yang mengatur penetapan spesifik atau industri spesifik, standar akuntansi kewenangan yang ada wajib dipertimbangkan.

Berdasarkan panduan tersebut, SAB 101 mengindikasikan bahwa laba tidak boleh diakui sampai benar-benar direalisasi atau dapat direalisasi dan diperoleh berdasarkan kriteria berikut:

  1. Terdapat penetapan atau bukti persuasif
  2. Telah terjadi pengantaran atau jasa telah dilaksanakan
  3. Harga penjual kepada pembeli telah tetap dan dapat ditentukan
  4. Kolektabilitas dapat dijamin secara masuk akal, harga penjual kepada pembeli telah tetap dan dapat ditentukan

Publikasi SAB no 101 menghasilkan perubahan dalam kriteria pengakuan laba untuk beberapa perusahaan.

Penandingan

Sebagai tambahan atas prinsip realisasi, konsep penandingan adalah satu titik penting dalam menentukan laba akuntansi disebabkan karena kebutuhan atas pelaporan periodik dan basis teoritis mendasari konsep akrual dari laba. Prosedur akuntansi biasa berdasarkan pemikiran bahwa perusahaan tersebut akan terus berkelanjutan dan oleh karena itu harus menyediakan laporan periodik kepada investor untuk menilai investasinya. Karena laba akuntansi terdiri dari laba dan beban, prinsip akuntansi telah berkembang untuk menetapkan kapan mengakui laba dan bagaimana menandingkan laba dengan beban. Proses mengelompokkan laba dengan beban ini yang disebut dengan konsep penandingan.

Paton dan Littleton menjelaskan konsep penandingan sebagai pengelompokan antara usaha dengan pencapaian. Sama halnya dengan itu, Komite asosiasi akuntansi amerika yang menginvestigasi konsep penandingan merekomendasikan bahwa biaya harus dapat dihubungkan dengan laba yang direalisasi dalam periode spesifik berdasarkan basis hubungan tertentu antara biaya tersebut dengan laba yang diakui.

Menentukan kapan biaya tidak memiliki keuntungan masa depan ataukah dapat disandingkan dengan pendapatan tergantung pada definisi biaya, beban dan kerugian.

Biaya– adalah jumlah yang muncul sebagai pengganti atas barang yang diterima atau akan diterima. Biaya dapat diklasifikasikan sebagai tidak daluwarsa (biaya terkait aset), yang dapat diaplikasikan kepada penciptaan laba di masa depan, dan dapat diklasifikasikan sebagai daluwarsa jika biaya tersebut tidak dapat diaplikasikan kepada penciptaan laba masa depan oleh karena itu harus dikurangkan dari laba atau laba ditahan dalam periode berjalan.

Beban– adalah aliran keluar atau penggunaan aset atau munculnya kewajiban (atau gabungan keduanya) sepanjang periode menghasilkan barang, memberikan jasa atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan kegiatan utama entitas.

Kerugian– adalah penurunan modal (aset neto) dari transaksi sampingan dari entitas dan penurunan nilai yang berasal dari transaksi atau kegiatan lain dan keadaan yang mempengaruhi entitas selama periode kecuali arus keluar yang berasal dari beban atau dibagikan kepada pemilik.

Dalam kata lain, beban adalah berakhirnya biaya untuk menghasilkan laba sebagaimana kerugian adalah berakhirnya biaya yang tidak untuk menghasilkan laba.

Demikian maka akuntan harus menentukan biaya yang telah berakhir selama periode berjalan dan menentukan apakah biaya tersebut sebagai beban atau kerugian. Penentuan ini dibantu dengan memisahkan beban kedalam biaya produk dan biaya periode. Biaya produk adalah penyelesaian biaya yang dapat dikelompokkan secara langsung kepada produk. Biaya produk dikenakan sebagai beban berdasarkan jumlah unit yang terjual. Biaya periode adalah penyelesaian biaya yang berhubungan lebih dekat kepada periode daripada produk. Biaya periode dikenakan sebagai beban berdasarkan basis periode keuntungan. Seluruh kerugian diungkap pada periode dimana saat ketidakadaan keuntungan masa depan diketahui.

Kesimpulannya, dapat dilihat bahwa pengakuan laba akuntansi adalah hasil dari kemampuan dalam menghitung arus masuk (laba) dan arus keluar yang telah dikelompokkan (beban).

Konservatisme

Sterling menyebut konservatisme sebagai prinsip yang paling berpengaruh dalam penilaian akuntansi. Sederhananya, konservatisme berpegang bahwa disaat anda ragu-ragu, pilihlah alternatif akuntansi yang paling rendah dalam menghasilkan pelebihan aset  atau laba.

Dasar konservatisme pada awalnya mencapai keutamaan sebagai pengimbang sebagian atas optimisme abadi dari manajemen dan kecenderungan untuk pelebihan laporan keuangan yang menjadi karakteristik tiga dekadi awal abad 20an. Konservatisme juga dilihat sebagai penolakan argumen bahwa akuntan mempercayai bahwa dengan menempatkan penilaian alternatif paling rendah atas firma, pengguna informasi laporan keuangan akan semakin sedikit mengalami salah paham.


 

Materialitas

Konsep materialitas telah menembus pengaruh terhadap seluruh aktivitas akuntansi meskipun terdapat fakta bahwa tidak ada pengertian yang dapat mencakup seluruh konsep. Meskipun materialitas mempengaruhi pengukuran dan pengungkapan atas seluruh informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, konsep ini memiliki dampak terbesar atas rincian laba dan beban.

Konsep ini memiliki aspek kualitatif dan kuantitatif. Sebagai contoh, organisasi sektor publik diberi kewenangan untuk mengembangkan GAAP telah mendefinisikan materialitas secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian riset akuntansi nomor 7 mendukung definisi kualitatif sebagai berikut:

Statemen, fakta atau rincian dikatakan material jika memberikan pertimbangan terhadap lingkungan disekitarnya sebagaimana hal tersebut ada pada saat tersebut. Hal ini seperti sifat dasar bahwa pengungkapannya atau metode perlakuannya akan cenderung mempengaruhi atau menciptakan perbedaan dalam penilaian dan tingkah laku dari pihak tertentu.

Organisasi tersebut juga telah melengkapi pengertian kuantitatif atas materialitas. Sebagai contoh, sebagai syarat kuantitatif telah diterbitkan dalam opini APB no 18, sebuah investasi senilai 20 persen atau lebih dalam saham dengan hak suara dianggap material. Dalam opini APB no 15, penurunan dengan nilai kurang dari tiga persen atas jumlah EPS tidak dianggap material. Sebagai tambahan FASB mendefinisikan sebuah segmen yang dapat dilaporkan sebagai salah satu yang menyatakan bahwa 10 persen dari laba, keuntungan operasi atau aset. Sebagian besar SFAS menganut hal berikut: “Ketetapan atas pernyataan ini tidak perlu diterapkan pada hal yang tidak material”.

Dalam pernyataan konsep akuntansi keuangan no 2, FASB membuat pernyataan berikut ini terkait materialitas.

Barang siapa membuat keputusan akuntansi dan siapapun yang membuat penilaian sebagai auditor secara berkelanjutan telah mengkonfrontasi kebutuhan untuk membuat penilaian terhadap materialitas. Penilaian materialitas pada dasarnya merupakan hal kuantitatif. Hal ini memunculkan pertanyaan: Apakah hal ini cukup memberikan pengaruh yang besar bagi pengguna informasi? Bagaimanapun, jawaban atas pertanyaan tersebut biasanya akan dipengaruhi sifat hal tersebut. Sebuah yang terlalu kecil untuk diperkirakan sebagai material jika dihasilkan dari transaksi rutin akan menjadi material jika berasal dari keadaan yang tidak normal.

SFAC No 2 berjalan untuk mendefinisikan penilaian materialitas sebagai sekat atau ambang pintu. Bahwasanya apakah sebuah hal (kesalahan atau kelalaian) cukup besar untuk melampaui batas antara material dan tidak material? Semakin penting hal tersebut, semakin tipis batas yang ada.

Contohnya adalah sebagai berikut:

  1. Perubahan akuntansi dalam keadaan yang mengakibatkan perusahaan mengalami bahaya yang disebabkan pelanggaran perjanjian karena kondisi keuangannya yang mungkin membenarkan batas material yang lebih kecil daripada jika posisinya lebih kuat.
  2. Kegagalan untuk mengungkapkan secara terpisah sebuah keadaan yang tidak berulang dari laba mungkin akan material pada batas yang lebih rendah daripada menjadi permasalahan jika laba berubah menjadi kerugian atas keuntungan atau kebalikan tren laba dari tren menurun menjadi meningkat.
  3. Kesalahan klasifikasi sebuah aset tidak akan menjadi material secara jumlah jika hal ini mempengaruhi dua kategori dari aset atau peralatan namun akan menjadi material jika klasifikasi tersebut diubah menjadi kategori antara aset lancar dan aset tidak lancar.
  4. Jumlah yang terlalu kecil untuk menjamin pengungkapan atau koreksi dalam keadaan normal mungkin dianggap material jika hal tersebut muncul dari transaksi atau kejadian abnormal atau tidak biasa.

Organisasi lain juga telah mencoba mendefinisikan materialitas. Asosiasi Akuntansi Amerika berkontribusi dalam pedoman kuantitatif maupun kualitatif.

Materialitas, sebagaimana digunakan dalam akuntansi dapat diartikan sebagai ketetapan atas kepentingan secara relatif. Materialitas tidak sepenuhnya tergantung terhadap ukuran yang relatif. Kepentingan tersebut dapat tergantung bukan saja atas karakteristik kuantitiatif maupun kualitatif, seringkali kombinasi dari keduanya. Faktor yang dapat mengindikasikan materialitas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Karakteristik tersebut memiliki signifikasi kuantitatif utama:
  2. Besaran atas hal tersebut secara relatif terhadap pengharapan normal
  3. Besaran atas hal tersebut secara relatif terhadap hal yang serupa atau terkait
  4. Karakteristik tersebut memiliki signifikasi kualitatif utama:
  5. Kepentingan bawaan atas kegiatan, aktivitas, atau keadaan yang tergambarkan
  6. Kepentingan bawaan atas hal tersebut sebagai indikator atas kemungkinan rangkaian atas kegiatan di amsa depan.

SEC menggunakan definisi kualitatif dalam peraturan no 1.02 dalam regulasi S-X

Istilah materialitas ketika digunakan untuk mengkualifikasikan persyaratan kelengkapan informasi terhadap subyek apapun telah membatasi informasi yang dibutuhkan kepada pihak yang berkepentingan sebagaimana rata-rata investor yang hati-hati sebaiknya diberikan informasi yang memadai.

SEC telah memperbarui kepentingannya atas konsep materialitas. Buletin staf akuntansi yang baru-baru ini dipublikasikan mengindikasikan bahwa perusahaan tidak seharusnya bersandar secara ekslusif kepada penilaian kuantitatif untuk menilai apakah suatu hal termasuk material atau tidak. Terlepas dari sebelumnya, hal yang ditetapkan kurang dari 3 sampai dengan 5 persen dari laba perusahaan yang dilaporkan seringkali dianggap tidak material. Posisi terakhir SEC adalah bahwa pengujian persentase dapat diterima untuk penilaian awal namun perusahaan harus juga mempertimbangkan bahwa hal tersebut adalah penting. Sebagai tambahan, perusahaan dilarang menurunkan hal-hal dalam laporan dalam rangka memenuhi perkiraan laba perempat, mengkonversi kerugian menjadi laba, mempertahankan tren laba, meningkatkan kompensasi manajemen, atau menyembunyikan transaksi ilegal.

Kualitas Laba

Menarik kembali ke chapter 1 bahwa FASB telah menyimpulkan bahwa informasi relevan tentang entitas harus mendukung kemampuan prediksi. Tujuan utama pelaporan keuntungan adalah untuk mempersilahkan investor memprediksikan arus kas di masa depan. Meskipun bukti bahwa laba akuntansi merupakan indikator baik dari pengembalian saham, penggunaan pendekatan transaksi terhadap penentuan laba sejalan dengan prinsip konservatisme dan desakan materialitas telah menggiring analisis sekuritas kepada kesimpulan bahwa laba ekonomi adalah indikator prediksi atas arus kas di masa depan daripada laba akuntansi. Sebagai konsekuensinya, individu tersebut menyarankan menilai kualitas laba untuk memperkirakan arus kas di masa depan. Kualitas laba diartikan sebagai tingkat hubungan antara laba akuntansi perusahaan dengan laba ekonominya. Beberapa teknik mungkin dapat digunakan untuk menilai kualitas laba, antara lain:

  1. Bandingkan prinsip akuntansi yang diterapkan perusahaan dengan prinsip yang digunakan secara umum dan perusahaan kompetitor. Apakah prinsip yang digunakan oleh perusahaan melambungkan laba?
  2. Tinjau ulang perubahan terakhir atas prinsip akuntansi dan perubahan dalam perkiraan-perkiraan untuk menentukan apakah hal ini melambungkan laba?
  3. Tentukan apakah beban diskresi seperti iklan telah ditangguhkan dengan membandingkan nya terhadap beban yang sama pada periode sebelumnya?
  4. Coba untuk menilai apakah suatu beban seperti beban garansi tidak tergambarkan pada laporan laba rugi?
  5. Tentukan biaya penggantian terkait persediaan dan aset lainnya. Beri penilaian apakah perusahaan mampu menyediakan arus kas yang cukup untuk menggantikan asetnya?
  6. Tinjau ulang catatan atas laporan keuangan untuk menentukan apakah ada kontijensi kerugian yang mungkin akan mengurangi nilai laba di masa depan dan arus kas.
  7. Tinjau ulang hubungan antara penjualan dan piutang untuk menentukan apakah piutang berkembang lebih cepat daripada penjualan.
  8. Tinjau ulang diskusi manajemen dan seksi analisis dalam laporan tahunan dan opini auditor untuk menentukan opini manajemen atas masa depan perusahaan dan untuk menandai isu akuntansi utama yang ada.

Teknik tersebut dapat membantu menentukan apakah laporan keuangan perusahaan belum secara cukup menggambarkan substansi ekonomi dalam operasi perusahaan. Lev dan Thiagarajan menemukan bahwa kualitas laba yang disesuaikan untuk penerimaan dan kerugian yang tidak berkelanjutan mendukung penjelasan yang lebih baik atas perubahan harga saham daripada yang dicantumkan dalam laporan laba rugi. Sebagai konsekuensinya, investor harus mencoba menyesuaikan laporan keuangan untuk menggambarkan ralitas ekonomi.

Terdapat bukti bahwa investor menjadi semakin tertarik dalam isu kualitas laba. Pada akhir 1999, harga saham american express, Pitney Bowes dan Tyco International mengalami dampak secara negatif setelah perusahaan melaporkan penerimaan tidak berkelanjutan sebagai bagian dari laporan perempat tahunannya yang secara nyata dianggap pasar sebagai usaha untuk mencapai harapan laba. Pada tahun-tahun sebelumnya,investor seringkali mengacuhkan komponen dari angka laba perempat tahunan sepanjang perkiraan laba dapat terpenuhi. Bagaimanapun, saat ini nampak bahwa pasar sedang melihat komponen angka laba lebih skeptis.

SEC juga telah menyampaikan ketertarikannya atas isu tersebut. Secara spesifik, hal ini telah mengadopsi aturan yang akan memperbolehkan untuk mempertimbangkan apa yang mungkin akan mendorong perusahaan untuk membuat atau menggagalkan penyesuaian atas laporan keuangannya. Perhatian atas hal ini muncul dari fakta bahwa gagalnya estimasi laba yang diharapkan karena (bahkan) jumlah yang kecil kadangkala memberikan dampak yang luas pada harga saham perusahaan. Konsekuensinya, panduan tersebut mengindikasikan bahwa jika perusahaan memperkirakan bahwa sebuah hal kecil akan memberikan dampak negatif yang signifikan , maka hal tersebut harus dilaporkan.

Aspek lainnya dari isu kualitas laba adalah manajemen laba. Manajemen laba adalah usaha oleh pegawai perusahaan untuk mempengaruhi laporan keuangan jangka pendek. Penelitian akhir-akhir ini menemukan bahwa manajemen laba muncul karena berbagai alasan seperti, mempengaruhi pasar saham, meningkatkan kompensasi manajemen, mengurangi kecenderungan pelanggaran perjanjian hutang, dan menghindari intervensi regulator pemerintah. Hal ini dipercayai bahwa manajer dapat mencoba untuk mengelola laba karena mereka yakin bahwa investor terpengaruh laporan keuangan. Teknik manajemen laba termasuk mengajukan atau memundurkan produksi dan keputusan investasi, pemilihan waktu strategis untuk mengakui laba dan belanja serta pilihan pengadopsian teknik akuntansi (termasuk pengadopsian lebih awal atas standar akuntansi baru). Dalam sebagian besar kasus, teknik manajemen laba dirancang untuk meningkatkan efek laporan keuangan dan mengurangi biaya modal perusahaan. Dalam kata lainnya, manajemen boleh mengambil kesempatan untuk meningkatkan keuntungan masa depan. Pendekatan ini terhadap manajemen laba ini menunjuk kepada yang disebut big bath theory. Sebuah pendapat alternatif yang memperbolehkan manajemen memilih untuk mengambil penghapusan besar-besaran dalam periode dimana performa mereka sedang positif secara ekstrim.

Usaha untuk mengelola laba mungkin tidak relevan dalam kaitannya dengan riset pasar efektif. Temuan umum dalam riset ini mengindikasikan bahwa pasar tidak akan tertipu oleh manipulasi angka akuntansi. Alternatifnya, jika kompensasi diikatkan pada laba, maka mungkin ada alasan maksimalisasi kegunaan mengapa manajer mencoba mengelola laba. Penjelasan hal ini nampak pada agency theory.

PENERIMA LABA

Sebagai tambahan atas pertanyaan mengenai sifat dan pelaporan laba, terdapat keraguan yang wajar: Siapakah yang menjadi penerima laba? Pertanyaan ini melibatkan penentuan penerima tepat atas laba dan bagaimana prosedur pelaporan yang benar untuk mengakomodir masing-masing dari alternatif yang bervariasi. Hendriksen menyarankan bahwa laba bersih dapat disampaikan dalam konsep berikut ini: nilai tambah, laba bersih perusahaan, laba bersih untuk investor, laba bersih untuk pemegang saham, dan laba bersih untuk pemilik modal minoritas. Penentuan angka laba bersih untuk dilaporkan dalam masing-masing hal tergantung pada pertanyaan apakah pengurangan dari laba dapat dipandang sebagai beban atau distribusi laba. Pertanyaan penentuan laba dapat, oleh karena itu, juga tergantung apakah distribusi tertentu dikatakan sebagai distribusi laba atau beban eksternal

Konsep laba bernilai tambah

Konsep ekonomi memandang laba sebagai harga pasar saat ini dari produk perusahaan dikurangi biaya unit eksternal dan jasa yang dikelompokkan untuk menghasilkan produk. Jika perusahaan dilihat dalam pengertian sosial luas, individu selain pemilik atau kreditur mungkin dapat mengajukan klaim terhadap laba ini. Sebagai contoh, karyawan atau pemerintah mungkin dapat dilihat sebagai penerima laba.

Konsep nilai tambah atas laba ini dapat diartikan sebagai jumlah bersih atas kenaikan harga pasar atas produk yang dapat dikaitkan dengan masing-masing perusahaan. Hal ini mengindikasikan nilai total laba yang dapat dibagi diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam beberapa tahun terakhir, konsep laba ini memperoleh kenaikan perhatian karena terdapat penerapan alternatif metode pengenaan pajak atau PPN.

Laba bersih perusahaan

Korporasi modern secara umum memiliki dua aktivitas utama: operasional dan keuangan. Laba bersih perusahaan hanya ditentukan dari aspek operasional saja, dan seluruh aktivitas keuangan dan seluruh pembiayaan yang diharuskan oleh operasional dianggap sebagai pengembalian investasi daripada pengeluaran. Laba bersih perusahaan konsisten dengan konsep entitas yang memandang perusahaan sebagai entitas yang bebas dan tidak terpengaruh oleh sumber pembiayaan modal. Lebih lanjutnya, pajak laba dibayar oleh perusahaan berdasarkan laba bersih perusahaan dan dianggap sebagai distribusi laba kepada pemerintah. Dengan demikian, pemegang saham, pemegang obligasi dan pemerintah dipandang sebagai penerima laba. Dalam konsep ini, laba mengurangi semua biaya, terutama biaya bunga dan pajak, menghasilkan angka laba bersih. Kritik utama terhadap konsep ini adalah dimasukkannya pemerintah sebagai penerima laba namun tidak menyertakan pegawai.

Laba bersih kepada investor

Konsep laba bersih terhadap investor juga konsisten terhadap teori entitas. Hal ini didasarkan atas pandangan terhadap persamaan akuntansi yang mengatakan bahwa aset sama dengan hutang ditambah modal. Berdasarkan konsep ini, pemegang hutang jangka panjang dan pemegang saham dianggap sebagai investor dalam perusahaan, dan laba akan dilaporkan sebagai laba dikurangi beban kecuali beban bunga. Perbedaan antara konsep laba bersih perusahaan dan konsep laba bersih untuk investor terdapat pada perlakuan atas pajak. Dalam konsep laba untuk investor, pemerintah tidak dipandang sebagai penerima laba dan pajak diperlakukan sebagai beban. Dasar pemikiran utama konsep ini adalah bahwa metode perolehan dana investasi tidak boleh memiliki dampak terhadap penentuan laba.

Laba bersih kepada pemilik saham

Pemilik perusahaan biasanya dianggap sebagai penerima laba yang pantas. Sesuai dengan itu, konsep laba bersih kepada pemilik saham didasarkan pada pandangan sebagai pemilik atas persamaan akuntansi yang menyatakan aset dikurangi kewajiban sama dengan kepemilikan. Pandangan ini melihat laba sebagai penambahan terhadap saham biasa dan saham prefered dan laba bersih dihitung dengan mengurangkan semua biaya dari laba.

Laba bersih kepada pemegang saham minoritas

Perhatian terhadap  perhitungan EPS merupakan perkembangan dari konsep laba bersih kepada pemilik saham minoritas. Laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa dipandang sebagai bilangan penting utama dalam konsep ini, dan sebagai tambahan, terhadap seluruh biaya, dividen utama dikurangkan dari laba saat diketahuinya angka laba bersih. Konsep laba ini konsisten dengan teori keuangan termutakhir yang model laba tersebut menyatakan laba mempengaruhi nilai perusahaan dan saham biasa. Model tersebut mendasarkan pada fakta bahwa laba bagi pemegang saham menjelaskan sebaik mana sumber daya perusahaan dikelola, sedangkan sumber modal lainnya seperti obligasi, secara umum tidak berisiko karena aliran laba dijamin keterlangsungannya dan tidak tergantung pada kesuksesan perusahaan.

Meskipun laba bersih kepada pemegang saham adalah konsep laba yang digunakan dalam laporan keuangan yang diterbitkan, harus dicatat bahwa masing-masing angka laba memiliki kegunaan dalam keadaan tertentu. Konsep nilai tambah digunakan dalam menentukan PNB. Konsep laba bersih perusahaan dan laba bersih bagi investor berguna dalam menentukan profitabilitas perusahaan terutama dakam aktivitas pembiayaan; dan konsep modal minoritas membentuk perhitungan dasar atas EPS. Konsep laba yang paling bermanfaat akan ditentukan dari tujuan dari pengguna yang bermacam-macam.

KESIMPULAN

Laba ekonomi adalah hasil dari dua faktor, 1. Penjualan produk perusahaan dan (2) Peningkatan atau penurunan dalam aset bersih yang ditahan (laba yang dapat direalisasi, dalam hal ini keuntungan yang ditahan). Pelaporan yang lengkap atas laba mungkin membutuhkan dua hal diatas. Bagaimanapun, keterbatasan dalam teknik dan bukti obyektif mendesak proses pelaporan laba. Penentuan waktu dalam pelaporan telah didesak dalam konvensi akuntansi atas realisasi. Konvensi tersebut mensyaratkan terjadinya transaksi dengan pihak luar atau bahwa mungkin akan ada bukti bahwa transaksi tersebut akan terjadi sebelum laba diakui. Penentuan waktu pengakuan laba mungkin berbeda antara jenis transaksi. Akuntan juga telah menempatkan perhatian atas penandingan yang sesuai atas berakhirnya biaya dengan laba yang diakui pada periode akuntansi tertentu dalam menentukan laba periodik.

Variasi lain dalam konsep laba adalah kelompok yang berbeda dapat dipandang sebagai penerima laba. Biaya yang dikurangkan dari laba dilaporkan memiliki keragaman tergantung asumsi terhadap penerima laba. Tidak ada pandangan yang benar-benar tepat dalam menilai penerima laba. Segmen ekonomi yang berbeda menggunakan asumsi penerima laba yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.

Pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK 23 revisi 2010

Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas itu sendiri. Dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi mencakup jumlah yang ditagih untuk kepentingan principal dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas. Jumlah yang ditagih atas nama principal bukan merupakan pendapatan, sebaliknya, pendapatan adalah jumlah komisi yang diterima.

PENGUKURAN PENDAPATAN

  1. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
  2. Jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima penerimaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan paragraph28 dan 29 dan sesuai dengan PSAK 55(Revisi 2006) “lindungi nialai atas nilai wajar. Laba atau rugi dari suatu instrument derivative yang diberlakukan sebagai dan memenuhi persyaratan sebagai instrument lindung nilai
  3. Jika nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur secara andala, maka pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang dan jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan

PENGINDENTIFIKASIAN TRANSAKSI

–          Kriteria pengakuan diterapka secara terpisah  pada setiap transaksi

–           Kriteria pengakuan pendapatan diterapkan pada komponen-komponen yang dapat diindentifikasikan secara terpisah dari transaksi tunggal agar mencerminkan subtansi transaksi tersebut

PENJUALAN BARANG

Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:

  1. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli;
  2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual
  3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
  4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas tersebut
  5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan trasaksi penjualan dapat diukur dengan andal

Bila salah satu kriteria diatas tidak dipenuhi, maka pengakuan pendapatan harus ditangguhkan. Pendapatan tidak diakui apabila entitas tersebut menahan resiko dan manfaat kepemilikan secara signifikan dalam berbagai cara, misalnya:

  1. Jika perusahaan menahan kewajibannya sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin oleh ketentuan jaminan normal
  2. Jika penerimaan pendapatan dari penjualan bergantung pada pendapatan pembelian dari penjualan barang yg bersangkutan
  3. Jika pengiriman barang bergantung pada intalasinya dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh entitas; dan
  4. Jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan entitas tidak dapat memastikan apakah akan jadi retur.

Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau peristiwa tertentu diakui secara bersamaan; proses ini biasanya mengacu pada pengaitan pendapatan dengan beban (matching revenue and expense). Beban, termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang berkaitan dapat dipenuhi. Tetapi, pendapatan tidak dapat diakui bila beban yang berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian, setiap imbalan yang telah diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai suatu kewajiban.

PENJUALAN JASA

Jika hasil transaksi penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut di akui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:

  1. Jumlah pendaptan dapat diukur secara andal
  2. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas
  3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; dan
  4. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur secara andal

Pengakuan pendapatan dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode sebagai metode persentase penyelesaian.  Dengan metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan.  Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja dalam suatu periode.  PSAK 34 : Akuntansi Kontrak Kontruksi juga mensyaratkan pengakuan pendapatan berdasarkan hal ini.  Persyaratan PSAK 34 secara umum berlaku untuk pengakuan pendapatan dan beban terkait untuk transaksi yang melibatkan pemeberian jasa. PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi (Accounting for Construction Contracts)

“Bila hasil (outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca”

Entitas pada umumnya dapat membuat estimasi andal setelah entitas mencapai persetujuan dengan pihak lain mengenai hal-hal berikut dalam transaksi:

  1. Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan secara hukum terkait dengan jasa yang diberikan dan terima pihak tersebut;
  2. Imbalan yang dipertukarkan dan
  3. Cara dan persyaratan penyelesaian.

Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode, tergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi:

  1. Survey pekerjaan yang telah dilaksanakan
  2. Jasa yang dilakukan atau
  3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut.

Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanankan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkanjasa yang dilakukan atau akan dilakukan dimasukkan kedalam estimasi total biaya transaksi tersebut.

Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari pelanggan sering kali tidak mencerminkan jasa yang dilakukan.

Jika hasil transaksi terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat dipulihkan.

 

Bunga, Royalti dan deviden

Pendapatan dari penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan deviden jika:

  1. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan traansaksi tersebut akan mengalir ke entitas;
  2. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal

Pengakuan Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:

  1. Bunga diakui menggunakan suku bunga efektif sesuai PSAK 55 (revisi 2006) paragraph 08 dan PA 17-20
  2. Royalty diakui dengan dasar akural sesuaidengan subtansi perjanjian yang relevan
  3. Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan

 

PENGUNGKAPAN

Entias mengungkapkan:

  1. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa
  2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersbut, termasuk pendapatan yang berasal dari penjulan barang, penjualan jasa, bunga, royalty,dividen
  3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan

Secara garis besar PSAK 23( revisi 2010)  dengan PSAK 23 ( revisi 1994) tidak mempunyai banyak perubahan  namun PSAK 23 (revisi 2010) sudah dilengkapi lampiran yang mengadopsi Appendix IAS 18 REVENUE

Perbedaan PSAK 23 (revisi 2010) dengan PSAK 23 (revisi 1994)

Perihal ED PSAK 23 (revisi 2009) PSAK 23 (1994)
Pendapatan bunga dari aset TIdak diatur Hasil efektif suatu aset merupakan tingkat bunga yang diperlukan untuk mendiskontokan aliran penerimaan kas di masa depan
Pengakuan dividen pada efek Tidak diatur Dividen pada efek ekuitas diumumkan dari penghasilan neto sebelum pembelian, dividen tersebut dikurangi dari harga beli efek tersebut.


 

Pengakuan Pendapatan berdasarkan IAS no 18

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi (kas, piutang, aset lainnya) yang timbul dari aktivitas operasi normal entitas (seperti penjualan barang, penjualan jasa, bunga, royalti, dan dividen).

Cakupan standar IAS 18 berlaku untuk akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari

  • Penjualan barang;
  • Jasa, dan
  • Penggunaan aset entitas oleh orang lain, menghasilkan (untuk entitas) bunga, dividen dan royalti.
  1. Bunga, yang merupakan biaya untuk penggunaan kas dan setara kas atau untuk jumlah karena entitas;
  2. Royalti, yang merupakan biaya untuk penggunaan aset jangka panjang dari badan seperti pola-Ent atau merek dagang yang dimiliki oleh entitas; dan
  3. Dividen, yang merupakan distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas pada modal saham entitas lain.

Pengakuan Pendapatan

Pengakuan, sebagaimana didefinisikan dalam Framework IASB berarti menggabungkan item yang memenuhi definisi pendapatan (di atas) dalam laporan laba rugi ketika memenuhi kriteria sebagai berikut:

  1. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item pendapatan akan mengalir ke entitas, dan
  2. jumlah pendapatan dapat diukur dengan keandalan

Pengukuran pendapatan

Inflow yang biasanya dalam bentuk uang tunai atau ekuivalents, ditangguhkan, nilai wajar pertimbangan akan jumlah yang lebih rendah dari nominal jumlah pertimbangan. Perbedaan antara nilai wajar dan nilai nominal pertimbangan, yang merupakan nilai waktu dari uang, diakui sebagai bunga dan pendapatan.
Kriteria pengakuan pendapatan

Pengakuan pendapatan dari penjualan barang.

Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh lima syarat yang disebutkan di bawah ini terpenuhi.

  1. Entitas pelaporan telah mengalihkan risiko signifikan dan manfaat kepemilikan
    barang kepada pembeli;
  2. Entitas tidak mempertahankan baik mengelola terus (mirip dengan yang
    biasanya berhubungan dengan kepemilikan) atau pengendalian efektif atas barang yang dijual;
  3. Jumlah pendapatan yang bisa diakui dapat diukur dengan andal;
  4. Probabilitas bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas ada;
  5. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat diukur andal.

Panduan menyertai PSAK 18 tetapi bukan bagian dari IAS 18.Ini mencakup sebagai berikut:

  1. Konsinyasi penjualan. Pendapatan diakui oleh shipper (penjual atau pengirim), bukan oleh penerima (pembeli atau penerima), saat barang yang dijual kepada pihak ketiga.Barang keluar pada konsinyasi tetap merupakan milik pengirim dan termasuk dalam persediaan. penerima barang adalah menjual barang atas nama pengirim untuk komisi.
  2. Kas penjualan pengiriman. Dalam hal ini, pendapatan yang diakui setelah pengiriman barang ini dibuat dan kas yang diterima. Penjualan kepada pihak menengah, seperti distributor, dealer atau orang lain untuk dijual kembali.Secara umum, pendapatan diakui pada saat risiko dan manfaat kepemilikan telah dialihkan. Dalam situasi ketika pembeli bertindak, pada dasarnya, sebagai agen, penjualan diperlakukan sebagai penjualan konsinyasi.
  3. Langganan untuk publikasi dan item serupa. Pendapatan diakui pada garis-lurus
    dasar selama periode di mana barang-barang yang dikirim (ketika item nilai semacam itu); atau berdasarkan nilai penjualan barang dikirim ke estimasi nilai total penjualan (ketika item bervariasi nilai).
  4. Installment penjualan, di mana pertimbangan adalah piutang dengan angsuran. Pendapatan diakui sebesar nilai tunai dari pertimbangan, ditentukan oleh pendiskontoan piutang angsuran pada tingkat diperhitungkan bunga.

Real estate penjualan. Sesuai dengan IFRIC 15, pendapatan dari pembangunan real estat diakui tergantung pada apakah kesepakatan ini untuk penjualan barang, jasa, atau kontrak konstruksi (dalam ruang lingkup PSAK 11 atau IAS 18).

perbedaan antara ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan dengan IAS 18: Revenue

  1. ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan tidak mengadopsi catatan kaki paragraf 20 (d) IAS 18 yang mengacu SIC 27: Evaluating the Substance of Transactions in the Legal Form of a Lease, karena SIC 27 belum diadopsi.
  2. ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan tidak mengadopsi catatan kaki paragraf 20(d) IAS 18 yang mengacu SIC 31: Revenue-Barter Transactions Involving Advertising Services, karena SIC 31 belum diadopsi.
  3. Tanggal efektif ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan berbeda dengan tanggal efektif IAS 18: Revenue.
  4. ED PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan tidak mengadopsi paragraf 38 IAS 18 tentang amandemen biaya investasi pada entitas anak, pengendalian bersama entitas atau entitas asosiasi dan IAS 27: Consolidated and Separate Finance

Read Full Post »

International Accounting

Ismet Eliskal & Iryan Akbari

DIV Reguler STAN 2012

 

Akuntansi keuangan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia digunakan. Setiap bangsa memiliki sejarah, norma, budaya, serta sistem politik dan ekonomi yang berbeda, yang terdapat pada tingkatan yang beragam dalam perkembangan ekonomi. Pengaruh-pengaruh ini berinteraksi satu sama lain dan berdampak pada perkembangan dan aplikasi praktek akuntansi keuangan dan pelaporannya. Perusahaan multinasional yang beroperasi di banyak negara dapat memperoleh lebih dari setengah pendapatan mereka di luar Amerika Serikat. Karena perbedaan-perbedaan tersebut, standar akuntansi keuangan yang diaplikasikan terhadap data akuntansi yang dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan multinasional ini bervariasi secara signifikan antara satu negara dengan negara yang lain.

Perusahaan-perusahaan menyiapkan laporan keuangan yang ditujukan langsung kepada pengguna utama mereka. Dahulu, kebanyakan pengguna adalah penduduk dari negara yang sama dengan negara perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan. Bagaimanapun juga, penyatuan perusahan dan organisasi multinasional seperti European Union (EU), GATT, dan NAFTA telah membuat pelaporan keuangan antarnegara/transnasional menjadi lebih terlihat biasa. Pelaporan keuangan antarnegara menghendaki penggunanya untuk memahami praktek akuntansi yang diterapkan oleh sutu perusahaan, bahasa negara di mana perusahaan tersebut berkedudukan, dan mata uang yang digunakan perusahaan untuk menyiapkan laporan keuangannya. Jika investor dan kreditor tidak dapat meperoleh informasi keuangan yang dapat dimengerti tentang perusahaan yang beroperasi di luar negeri, mereka tidak akan tertarik untuk berinvestasi atau meminjamkan uang kepada perusahaan tersebut. Sebagai hasilnya, dilakukan usaha untuk menyelaraskan standar akuntansi di antara negara-negara tersebut.

Salah satu masalah utama yang saat ini sedang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan Amerika Serikat adalah kemampuan mereka untuk bersaing dalam perekonomian global dengan pelaporan keuangan antarnegara. Pada bagian berikutnya, kami menjelaskan beberapa isu yang harus diperhatikan oleh perusahaan multinasional.

Isu Akuntansi Bisnis Internasional

Paparan pertama perusahaan terhadap akuntansi internasional sering terjadi sebagai hasil dari pembelian atau penjualan barang dagangan dengan entitas asing. Perdagangan international ini menimbulkan beberapa masalah yang unik. Pertama, terdapat kemungkinan timbulnya gain atau loss dari kurs mata uang yang terjadi karena adanya perbedaan waktu pemesanan, penerimaan barang, dan pelunasan pembayaran. Oleh karena itu, perubahan nilai relatif mata uang memberikan risiko yang lebih tinggi terhadap timbulnya gain atau loss dari kurs mata uang. Kemudian, sangat sulit untuk memperoleh informasi kredit internasional dan mengevaluasi likuiditas dan solvensi perusahaan dari laporan keuangannya terlebih dengan penggunaan bahasa dan/atau prinsip akuntansi yang berbeda.

Meningkatnya perdagangan antar negara, penting bagi perusahaan menciptakan divisi internasional, dan juga mengembangkan keahlian akuntansi internasional. Pada akhirnya, perusahaan berharap dapat meningkatkan modal di pasar asing. Sehingga, perusahaan tersebut harus menyiapkan laporan keuangannya dengan cara yang dapat diterima dan sesuai dengan perdagangan saham asing. Dalam banyak kasus, laporan yang disiapkan sesuai dengan GAAP AS tidak dapat diterima dalam pendaftaran dokumen perdagangan internasional, tetapi di lain kasus, seperti di Kanada dan Jepang, prinsip-prinsip ini bisa diterima.

 

Perkembangan Sistem Akuntansi

Kebudayaan suatu negara memperngaruhi tidak hanya praktek bisnis tetapi juga prosedur akuntansinya. Hofstede mengemukakan definisi yang diterima luas tentang kebudayaan sebagai “pemrograman pikiran yang kolektif yang membedakan satu kategori orang dengan yang lainnya”. Dia kemudian mengkategorisasikan delapan kebudayaan berbeda: Barat, Muslim, Jepang, Hindu, Konfusius, Slavia, Afrika, dan Amerika Latin. Namun, klasifikasi praktek akuntansi berdasarkan kebudayaan terlalu sederhana karena banyak negara memiliki lebih dari satu suku dan banyak sistem akuntansi negara-negara tersebut yang dikembangkan selama hubungan dengan penjajahan terdahulu.

Tingkat perkembangan sistem akuntansi sebuah negara juga dipengaruhi oleh dampak lingkungan seperti tingkat pendidikan secara keseluruhan, jenis sistem politik, jenis sistem hukum, dan ukuran perkembangan ekonomi. Misalnya, perkembangan  standar akuntansi di Amerika Serikat dipengaruhi oleh Revolusi Industri dan kebutuhan untuk memperoleh sumber modal pribadi. Sebagai hasilnya, informasi akuntansi keuangan dibutuhkan untuk menyediakan informasi profitabilitas dan pelayanan kepada investor dan kreditor. Di lain pihak, standar akuntansi di Rusia tidak terlalu berkembang. Aslinya, ekonomi Rusia direncanakan secara terpusat dan sebagai hasilnya, diperlukan standar akuntansi yang seragam. Sebagai negara dengan ekonomi pasar yang sedang berkembang, Rusia menemukan bahwa standar-standar akuntansi ini tidak lagi berguna, dan standar baru  sedang dikembangkan.

  1. Tingkat Pendidikan

Terdapat kecenderungan adanya korelasi langsung antara tingkat pendidikan yang dimiliki penduduk suatu negara dengan perkembangan praktek pelaporan akuntansi keuangan di negara tersebut. Karakteristik faktor-faktor lingkungan ini mencakup (1) tingkat melek huruf  di negara tersebut; (2) persentase populasi yang telah lulus sekolah dasar, sekolah menengah, dan pendidikan; (3) orientasi  sistem pendidikan (persiapan dunia kerja, profesional, dan lain-lain); dan (4) kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan ekonomi dan sosial negara tersebut. Negara-negara dengan masyarakat yang terdidik dengan lebih baik bisa diasosiasikan dengan sistem akuntansi keuangan yang lebih maju.

  1. Sistem Politik

Jenis sistem politik (sosialis, demokrasi, totaliter, dan lain-lain) dapat mempengaruhi perkembangan standar dan prosedur akuntansi. Sistem akuntansi di sebuah negara dengan ekonomi terpusat akan berbeda dengan sistem akuntansi dengan ekonomi berorientasi pasar. Sebagai contohnya, perusahaan-perusahaan di negara sosialis akan diminta untuk menyediakan informasi mengenai dampak sosial dan analisis manfaat—biaya di samping informasi tentang profitabilitas dan posisi keuangan.

  1. Sistem Hukum

Ukuran di mana hukum sebuah negara menetapkan praktek akuntansi dapat mempengaruhi kekuatan profesi akuntansi negara tersebut. Ketika pemerintah memberlakukan prosedur dan praktek akuntansi, otoritas profesi akuntansi biasanya bersifat lemah. Kebalikannya, penetapan kebijakan akuntansi nonlegal oleh organisasi profesional adalah karakteristik negara-negara dengan common law.

  1. Perkembangan Ekonomi

Tingkat perkembangan ekonomi suatu negara mempengaruhi baik perkembangan maupun aplikasi praktek pelaporan keuangan. Negara-negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang rendah relatif akan memiliki kebutuhan yang lebih rendah untuk sistem akuntansi yang lebih rumit daripada negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang tinggi.

Praktek Akuntansi Terkini

Klasifikasi praktek akuntansi menjadi kelompok-kelompok sudah diusahakan sejak tahun 1960. Skema pengelompokan awal dikembangkan oleh Gerhard Mueller, yang mengklasifikasikan praktek akuntansi negara berdasarkan dampak perbedaan lingkungan bisnis, adalah sebagai berikut.

  1. Amerika Serikat/ Kanada/ Belanda
  2. Persemakmuran Inggris (kecuali Kanada)
  3. Jerman/ Jepang
  4. Eropa Daratan (kecuali Jerman, Belanda, dan Skandinavia)
  5. Skandinavia
  6. Israel/ Meksiko
  7. Amerika Selatan
  8. Negara-negara berkembang di Timur Dekat dan Timur Jauh
  9. Afrika (kecuali Afrika Selatan)
  10. Komunis

Kemudian, komite American Accounting Association menyatakan bahwa praktek akuntansi di seluruh dunia dapat dikelompokkan menurut jangkauan pengaruhnya. Komite ini mengindikasikan bahwa lima zona pengaruh tersebut adalah:

  1. Inggris
  2. Prancis-Spanyol-Portugis
  3. Jerman-Belanda
  4. Amerika Serikat
  5. Komunis

Perjanjian terkini seperti EU, GATT, NAFTA, dan perubahan sistem ekonomi di Eropa Timur telah memodifikasi jangkauan pengaruh dan menghasilkan pengelompokan berikut.

  1. Amerika Serikat

Standar akuntansi keuangan untuk kelompok ini sudah berkembang terutama di sektor privat, dan hasilnya menjadi set standar akuntansi yang relatif bersifat membatasi. Jangkauan pengaruh di Amerika Serikat meliputi Kanada, Meksiko, Venezuela, dan Amerika Tengah. Perjanjian dalam NAFTA secara tidak terbantahkan akan menghasilkan standardisasi prinsip akuntansi di antara negara-negara ini.

  1. Inggris/ Belanda

Kelompok ini hampir menyerupai kelompok AS; bagaimanapun juga, kelompok ini disifati oleh standar akuntansi yang relatif sedikit restriktif. Di  samping Inggris dan Belanda, kelompok ini mencakup Irlandia, Israel, dan koloni lama Inggris di India, Selandia Baru, dan Amerika Selatan.

  1. Eropa Daratan/ Jepang

Perusahaan-perusahaan dalam kelompok ini bergantung pada bank untuk menyuplai kebanyakan kebutuhan modal mereka; Sebagai hasilnya, praktek akuntansi konservatif sudah berkembang. Negara-negara dalam kelompok ini adalah kebanyakan negara-negara Eropa Barat dan Jepang.

  1. Amerika Selatan

Kecuali Brazil, negara-negara di kawasan ini memiliki bahasa dan warisan budaya yang sama. Sebagai tambahan, pelaporan akuntansi dalam kelompok ini umumnya memasukkan informasi sebagai dampak inflasi. Seluruh negara Amerika Selatan kecuali Venezuela, yang mengikuti GAAP AS, termasuk dalam kelompok ini.

  1. Negara-Negara Dunia Ketiga

Kelompok negara-negara yang dianggap kecil ini berbagi kebutuhan untuk mengembangkan standar akuntansi untuk ekonomi yang sedang berkembang. Banyak negara ini yang dahulunya merupakan jajahan negara-negara Eropa dan sekarang sedang mengembangkan standar akuntansi untuk memenuhi kebutuhan sitem ekonomi mereka. Negara-negara yang tergolong dalam kelompok ini adalah kebanyakan negara-negara Afrika (kecuali Afrika Selatan) dan negara-negara Timur Jauh.

  1. Negara-Negara yang Mengalami Perubahan Ekonomi

Perubahan besar dari politik di Eropa Timur pada tahun 1980-an berdampak pada kebutuhan untuk mengembangkan standar dan praktek akuntansi yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan sistem ekonomi yang turut berubah. Negara-negara ini mengubah praktek akuntansi mereka dari ekonomi terpusat menjadi ekonomi pasar. Mereka adalah hampir seluruh negara Eropa Timur yang dulunya berada di bawah jangkauan pengaruh Uni Soviet sebelum disintegrasi berdasarkan Pakta Warsawa.

  1. Komunis

Negara-negara komunis yang masih ada menggunakan sebuah sistem akuntansi yang didesain untuk berperan dalam perencanaan sentral. Negara-negara dalam kelompok ini adalahChina, Korea Utara dan Kuba.

Praktek-praktek akuntansi yang spesifik berbeda antarnegara sebagaimana antarkelompok. Tabel 3.2 mengilustrasikan beberapa area perbedaan di antara negara-negara tertentu.

Penyusunan Laporan Keuangan untuk Pengguna Asing

Sebuah perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan kepada pengguna di luar negeri bisa memakai satu dari beberapa pendekatan untuk menyusun laporan keuangannya:

  1. Laporan keuangan yang sama untuk semua pemakai laporan keuangan (domestik dan luar negari).
  2. Menerjemahkan bahasa yang digunakan dalam laporan keuangan yang dikirimkan ke pemakai luar negeri, dalam bahasa yang digunakan di negara pemakai tersebut.
  3. Melakukan translasi atas laporan keuangan yang dikirimkan ke pihak pemakai luar negeri, sesuai dengan mata uang yang digunakan di negara pemakai laporan tersebut.
  4. Mempersiapkan 2 laporan keuangan yang berbeda bahasa dan mata uangnya.
  5. Menyiapkan Laporan keuangan berbasis prinsip-prinsip akuntansi yang disetujui kalangan dunia luas.

Komite Standar Akuntansi Internasional (IASC)

Penyusunan laporan keuangan untuk pengguna di negara lain dengan menggunakan lima opsi yang tersebut di atas semakin giat menyarankan pelaporan keuangan antarnegara. Komite Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards Committee/IASC) dibentuk pada tahun 1973 untuk mengembangkan standar akuntansi yang diterima secara luas di dunia. IASC adalah badan sektor privat independen, yang tujuannya adalah untuk mencapai keseragaman prinsip akuntansi yang digunakan dalam pelaporan keuangan yang diterima masyarakat dunia. Anggota asli Dewan IASC adalah badan-badan akuntansi dari sembilan negara: Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman Barat. Sejak 1983, angota-anggota IASC memasukkan  seluruh badan akuntansi profesional yang menjadi anggota Federasi Akuntan Internasional. Badan ini terdiri dari 134 organisasi pendukung di 104 negara. Kebanyakan organisasi ini adalah asosiasi profesional akuntan publik yang berlisensi; Sebagai hasilnya, keanggotaan IASC meliputi jangkauan organisasi yang lebih sempit daripada FASB.

IASC Agreement and Constitution memberikan otoritas untuk menyebarluaskan standar-standar untuk penyampaian laporan keuangan yang diaudit oleh anggota dari organisasi tersebut. Konstitusi IASC juga membentuk peraturan untuk menyebarluaskan penerimaan seluruh dunia terhadap standar-standar IASC. Persyaratan ini muncul karena banyak negara tidak mempunyai program untuk mengembangkan standar akuntansi dan karena terdapat kebutuhan untuk menyesuaikan perbedaan di antara standar tiap-tiap negara. Banyak pengamat menetapkan penyesuaian yang diharapkan karena adanya kebutuhan untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan asing. Pembuatan keputusan yang telah dikembangkan akan terjadi karena tidak akan terlalu penting lagi untuk menerjemahkan laporan keuangan asing dan karena perbandingan yang akan dikembangkan.

Walaupun banyak perbedaan praktek pelaporan keuangan dunia bisa dijelaskan oleh perbedaan lingkungan antarnegara, beberapa perbedaan tidak demikian. IASC berupaya untuk menyesuaikan perbedaan-perbedaan yang tidak bisa dijelaskan oleh perbedaan lingkungan. Tujuan IASC adalah untuk memformulasikan dan mengumumkan standar-standar akuntansi dan untuk mempromosikan penerimaan dan pengamatan yang diterima luas. Anggota IASC setuju untuk mendukung standar-standar tersebut dan mengeluarkan kemampuan terbaik mereka untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan yang dipublikasikan sesuai dengan standar tersebut, untuk memastikan auditor menegakkan standar tersebut, dan untuk melakukan pendekatan dengan pemerintah, bursa saham, dan badan-badan lain untuk mendukung standar tersebut.

Tujuan asli IASC adalah untuk menghindari detail kompleks dan berkonsentrasi pada standar dasar. Proses penyusunan standar IASC sama dengan yang diikuti oleh FASB dan mencakup enam tahap berikut:

  1. Dewan menyiapkan Steering Committee
  2. Steering committee mengidentifikasi dan meriview isu akuntansi yang terkait dengan topik yang akan dibuatkan standarnya. Menghasilkan “point outline”
  3. Komentar dewan atas point outline dan direviu kembali oleh Steering Committee menghasilkan “Draft Statement of Principles”
  4. Steering Committee mereviu komentar atas draft dan menyiapkan “Final Statement of Principles”
  5. Steering Committee membuat draft Exposure Draft dan meminta persetujuan dewan untuk dipublikasikan sebagai Exposure Draft
  6. Steering Committee meriviu komentar selama 6 bulan and menyiapkan dan mempublikasikan International Accounting Standard setelah disetujui ¾ dewan.

Sangat kontras dengan standar yang dikeluarkan oleh FASB, Standar Akuntansi Internasional (IASs) kadang-kadang mengizinkan dua perlakuan akuntansi untuk kejadian dan transaksi akuntansi. Dalam beberapa kasus, perlakuan yang lebih disukai diistilahkan sebagai perlakuan benchmark/standar, sementara yang lain disebut sebagai perlakuan alternatif. Aslinya, IASC tidak menjelaskan perbedaan di antara dua jenis perlakuan ini; meskipun demikian, pada Desember 1995 dikeluarkanlah IASC Insight, yang penjelasannya sebagai berikut.

“Dewan telah memutuskan bahwa seharusnya digunakan istilah BENCHMARK (standar) daripada PREFERRED (lebih disukai) [yang diajukan dalam IAS No 32, p.2] dalam beberapa kasus di mana hal ini berlanjut pada pembolehan pilihan perlakuan akuntansi untuk kejadian dan transaksi. Istilah BENCHMARK merefleksikan tujuan Dewan untuk mengidentifikasikan titik referensi ketika membuat pilihan di antara alternatif-alternatif tersebut.”

Walaupun penjelasan ini mengimplikasikan bahwa IASC bermaksud mengurangi pilihan-pilihan yang tersedia dalam standar, mengeliminasi perlakuan alternatif akan mengurangi tingkat komparasi dengan GAAP  AS, dalam kasus ini misalnya ketika perlakuan alternatif tersebut lebih mirip dengan GAAP AS.

Perbedaan tambahan dalam penyusunan standar oleh IASC yaitu tidak diterbitkannya implementasi atas standar yang mereka susun, dan IASC melarang stafnya memberikan pemaknaan dari standar tersebut karena keterbatasan sumber daya. IASC telah dikritik atas hal tersebut, dan menyarankan regulator dan badan profesi untuk membuat prosedur dalam penginterpretasian standar untuk memudahkan harmonisasi. IASC menetapkan sistem dalam penerbitann interpretasi dengan mempelajari:

  1. Lingkup prosedur dari interpretasi (tingkat emergensinya)
  2. Sifat dari badan yang membuat interpretasi (apakah badan atau komite)
  3. Proses dari penerbitan interpretasi mencakup pertanyaan: apakah atas isu yang beredar benar membutuhkan interpretasi? Apakah interpretasi membutuhkan persetujuan IASC? Dan apakah interpretasi itu harus retroactive?

Kemudian dibentuklah Standing Interpretations Committee (SIC) yang terdiri dari 12 anggota dari beberapa negara, yang sampai saat ini telah menghasilkan lebih dari 20 interpretasi.

Penggunaan Standar Akuntansi Internasional

Standar akuntansi internasional digunakan dalam berbagai cara. IASC memperhatikan bahwa standar-standarnya digunakan:

  1. Sebagai persyaratan nasional
  2. Sebagai dasar dari sebagian atau seluruh persyaratan nasional
  3. Sebagai benchmark bagi negara-negara yang menetapkan sendiri persyaratan nasionalnya
  4. Digunakan oleh pihak yang berwenang untuk mengatur perusahaan domestik dan perusahaan asing
  5. Digunakan oleh perusahaan-perusahaan itu sendiri

Sebagai tambahan, International Organization of Securities Commissions (IOSCO) menginginkan IASB menyediakan IAS yang dapat digunakan dalam penawaran sekuritas multinasional. Baru-baru ini, beberapa bursa saham di beberapa negara mensyaratkan atau memperbolehkan perusahaan yang mengeluarkan saham untuk menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan IAS.

IASC tidak mempunyai kekuasaan memaksa dan harus berlandaskan pada ‘usaha terbaik’ dari anggota-anggotanya. Bagaimanapun juga, pengaruh badan-badan akuntansi profesional dalam pembentukan peraturan akuntansi bervariasi dari negara yang satu ke negara yang lain. Di beberapa negara, seperti Prancis dan Jerman, kekuatan dan detil hukum perusahaan memberikan ruang bagi pengaruh badan-badan akuntansi. Di negara lain, seperti Inggris, Kanada, dan Australia, standar akuntansi diatur oleh badan profesional yang dimiliki IASC. Di AS, dua badan yang secara langsung berkonsentrasi pada pengaturan standar, yaitu FASB dan SEC, bukanlah anggota IASC.

Perjanjian dan tindakan IASC tidak mengakomodasi perbedaan nasional. Oleh karena itu, setiap negara memiliki kelompok pengguna informasi keuangan sendiri (pemilik, kreditor, debitor, pegawai, pemerintah, dan lain-lain), semua yang beroperasi di dalam lingkungan budaya, sosial, hukum, politik, dan ekonomi. Pengguna-pengguna tersebut juga mungkin memiliki kepentingan yang relatif berbeda dari negara ke negara, menciptakan variasi peran akuntansi keuangan dari negara ke negara.

IASC mengeluarkan 41 standar dan IASB telah mengeluarkan 8 IFRS yang mencakup isu-isu seperti pengungkapan kebijakan akuntansi, laporan arus kas, depresiasi, informasi yang harus di ungkapkan, informasi perubahan posisi keuangan, unsusual item, prior period items dan perubahan kebijakan akuntansi, penelitian dan pengembangan, pajak atas income, foreign exchange, kombinasi bisnis, dan pengungkapan pihak-pihak yang terkait.

Isu Terbaru   

Pada pertengahan 1990, IASC berpartner dengan IOSCO untuk bekerjasama dalam mendorong transaksi saham di seluruh dunia agar menerima laporan keuangan yang disiapkan dengan menggunakan standar dari IASB.Untuk meraih tujuan ini, IASB diminta untuk menyelesaikan sebuah program kerja yang komprehensif dalam membuat atau memperbaiki IAS yang dapat diterima oleh IOSCO. IOSCO mengindikasikan bahwa kesuksesan IASC dalam menyelesaikan program tersebut dapat menyebabkan penyebarluasan suatu set inti standar yang komprehensif untuk pendaftaran saham lintas batas. Hal itu juga dapat memungkinkan IOSCO untuk mempertimbangkan penggunaan Standar Akuntansi Internasional untuk tujuan pendaftaran saham di semua pasar modal global. IOSCO telah meresmikan penggunaan pernyataan IASC mengenai arus kas dan mengindikasikan bahwa standar standar IASC yang lain sudah memadai, hal ini membuktikan standar inti yang lain telah diselesaikan dengan sukses. Beberapa isu yang dibahas dalam program kerja adalah instrumen keuangan, pajak penghasilan, aset tidak berwujud, laporan per segmen, laba per lembar saham (earning per share), biaya keuntungan pegawai (employee benefit cost), laporan interim, operasi yang tidak dilanjutkan (disontinued operation), hal yang mungkin terjadi (contingency), dan lease. Awalnya program ini di targetkan selesai pada Desember 1999, namun pada tahun 1996 direksi IASC memutuskan untuk mempercepatnya menjadi Maret 1999.

Pada saat penyelesaian proyek, IOSC menelaah standar yang telah direvisi untuk menentukan apakah akan merekomendasikan penggunaannya pada para anggota IOSC untuk tujuan pencarian modal secara lintas batas. IOSCO mengidentifikasi beberapa standar yang masih berpotensial untuk dikembangkan; sebagai hasilnya, IASC mengadakan Proyek Pengembangan untuk mengurangi atau menghilangkan alternatif, peraturan yang berlebihan (redundancy), dan konflik dengan standar yang telah ada dan untuk melakukan pengembangan lain pada standar. Penyelesaian yang cepat dari proyek ini terlihat krusial ketika negara anggota Uni Eropa (EU) mengadopsi standar internasional pada awal 2005.

Pada tanggal 17 Desember 2003, IASB mempublikasikan 13 Standar Akuntansi Internasional (IAS) yang telah direvisi, menerbitkan 2 standar baru, mengumumkan pemberitahuan mengenai penarikan standarnya pada akuntansi level-harga (price-level accounting). Revisi dan standar baru yang diterbitkan menandakan bahwa Proyek Pengembangan yang dilakukan oleh IASB tersebut hampir selesai.Proyek tersebut membahas kecemasan, pertanyaan, dan kritik yang berasal dari otoritas pengatur sekuritas dan pihak lain yang tertarik dengan IAS yang telah ada.

Proyek Pengembangan merupakan elemen utama dari strategi IASB untuk meningkatkan kualitas dan konsistensi dari laporan keuangan secara umum dan IAS yang telah ada. Minat atas pelaporan yang lebih baik melalui konvergensi membuat proyek tersebut menarik praktik terbaik dari seluruh dunia. Proyek tersebut telah menghilangkan beberapa pilihan yang ada dalam IAS yang keberadaannya menyebabkan ketidakpastian dan penurunan tingkat komparabilitas. Proyek ini diuntungkan dari masukan yang berasal dari pelaku pasar secara luas, termasuk pembuat peraturan melalui Organisasi Internasional untuk Komisi Sekuritas, pembuat standar nasional, Dewan Penasihat Standar IASB, dan pihak lain. IASB juga menerbitkan 5 IFRS. Standar baru ini dan amandemen terhadap berbagai IAS akan didiskusikan pada bab yang berhubungan dengan masing-masing isu. Kemudian, pada tahun 2005, Komite Tekhnik IASCO menegaskan kembali dukungannya terhadap pengembangan dan penggunaan IFRS sebagai standar internasional berkualitas dalam pendaftaran dan penawaran lintas batas. IASCO merekomendasikan anggotanya untuk memperbolehkan para penerbit multinasional (multinational issuers) menggunakan IFRS dalam penawaran dan pendaftaran lintas batas, sebagaimana ditambahkan dalam rekonsiliasi, pengungkapan, dan intepretasi bila dipandang perlu untuk membahas isu dasar yang luar biasa pada tingkat nasional atau regional.

Sesuai keputusan yang dibuat oleh berbagai negara dan organisasi untuk mengadopsi IFRS, lebih dari 19 negara akan mengharuskan atau mengijinkan penggunaan penggunaan IFRS dalam beberapa tahun mendatang. Sebagai contoh, seperti dibahas diatas, sejak Januari 2005, semua perusahaan EU yang terdaftar dalam pasar EU diharuskan menggunakan IFRS sebagai dasar penyusunan pelaporan keuangannya. Sebagai tambahan, banyak negara yang bukan anggota EU, seperti Australia, Cina, Israel, dan Selandia Baru, mengkonvergensi standar nasionalnya baik sebagian maupun seluruhnya dengan IFRS. Pada Januari 2006, Dewan Standar Akuntansi Kanada meratifikasi rencana selama 5 tahun untuk mengkonvergensi PABU Kanada dengan IFRS, dan Cina juga mengumumkan rencana konvergensi, banyak perusahaan di seluruh dunia akan mengadakan peralihan dalam laporan keuangan dengan mengubah praktik akuntansi nasional menuju penggunaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IASB.

Untuk membantu proses implementasi, pada tahun 2006 IASB mengumumkan bahwa IASB tidak mewajibkan penerapan IFRS yang sedang dikembangkan atau yang sebagian besarnya sedang diamandemen ke dalam IFRS yang telah berlaku sebelum tanggal 1 Januari 2009. Penundaan standar baru hingga 2009 akan memberikan waktu selama 4 tahun untuk stablitas bagi perusahaan yang mengadopsi IFRS di tahun 2005. Sebagai tambahan, penetapan tanggal 1 Januari 2009 sebagai standar baru akan memberikan target yang jelas bagi negara yang akan mengadopsi IFRS. Pada tahun 2009 juga diharapkan usaha bersama antara FASB dan IASB akan meniadakan keharusan rekonsiliasi bagi perusahaan non-AS yang menggunakan IFRS dan terdaftar di AS.

Untuk membantu perusahaan merubah standarnya ke IFRS, dan supaya pengguna laporan keuangan perusahaan mengerti efek dari penerapan standar yang baru, IASB mengeluarkan IFRS No. 1 “Adopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional untuk yang Pertama Kalinya “ (didiskusikan lebih lanjut di bab ini) yang menjelaskan apa yang harus dilakukan sebuah entitas dalam masa transisi ketika merubah suatu basis akuntansi ke IFRS.

RESTRUKTURASI IASC

Pada tahun 1998 IASC mengarahkan upaya baru yang bertujuan untuk menempatkan standar. Pada akhirnya, IASC Board membuat Strategy Working Party untuk mempertimbangkan apa seharusnya strategi dan struktur IASC untuk menghadapi tantangan yang baru. Pada bulan Desember 1998, kelompok ini menerbitkan Discussion Paper yang berjudul “Shaping the IASB for the Future”, yang merupakan proposal untuk perubahan struktur IASC. Selama awal 1999, tanggapan terhadap proposal diterima dan laporan final diterbitkan. Pada Maret 2000, IASB Board menyetujui konstitusi baru untuk merestrukturisasi IASB. Berikut ini adalah rangkuman dari poin-poin yang ditulis dalam dokumen tersebut.

Beberapa faktor yang telah memberi kontribusi pada kebutuhan terhadap pendekatan baru dalam penetapan standar internasional :

  1. Pertumbuhan pasar modal internasional yang cepat, dikombinasikan dengan peningkatan dalam pendataan dan investasi lintas batas. Isu ini telah mengarahkan kepada usaha-usaha badan regulator sekuritas untuk mengembangkan ’passport’ biasa untuk pendataan sekuritas lintas batas dan untuk mencapai komparabilitas yang lebih besar dalam pelaporan keuangan.
  2. Upaya organisasi global (seperti WTO) dan badan regional (seperti EU, NAFTA, MERCOSUR [ pasar bagi negara Argentina, Brazil, Paraguay, dan Uruguay], dan APEC) untuk membuka hambatan perdagangan internasional.
  3. Tren ke arah internasionalisasi regulasi bisnis.
  4. Peningkatan pengaruh standar akuntansi internasional terhadap kebutuhan dan praktek akuntansi nasional.
  5. Percepatan inovasi dalam transaksi bisnis.
  6. Peningkatan permintaan penggwuna akan jenis informasi keuangan dan kinerja lainnya yang baru.
  7. Perkembangan baru dalam distribusi elektronik informasi keuangan dan kinerja lainnya.
  8. Pertumbuhan kebutuhan akan informasi keuangan dan kinerja lainnya yang relevan dan dapat diandalkan, baik dalam negara yang dalam transisi dari ekonomi terencana ke ekonomi pasar maupun dalam pengembangan industrialisasi ekonomi yang baru.

Sebagai hasilnya, permintaan terhadap standar akuntansi global yang berkualitas tinggi dan menyediakan transparansi dan komparabilitas semakin meningkat. Dalam tahun-tahun pertamanya IASC terutama bertindak sebagai penyelaras—badan yang memilih perlakuan akuntansi yang telah ada pada tingkat nasional di beberapa negara dan meminta dukungan global dari perlakuan tersebut, mungkin dengan beberapa perubahan. Kemudian IASC mulai menggabungkan peran tersebut dengan peran sebagai katalisator—koordinator prakarsa nasional dan pemrakarsa usaha baru tingkat nasional. Ke depannya, peran IASC sebagai katalisator dan inisiator harus lebih menonjol dan penting bagi IASC untuk memfokuskan tujuan dengan tepat, sebagaimana berikut :

  1. Mengembangkan standar akuntansi internasional yang menghendaki informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan yang akan membantu pelaku pasar modal dan lainnya untuk membuat keputusan ekonomi.
  2. Meningkatkan penggunaan standar akuntansi internasional dengan bekerja bersama para pembuat standar nasional.

IASC, bekerja sama dengan pembuat standar nasional, harus melakukan setiap usaha untuk mempercepat konvergensi antara standar akuntansi nasional dan internasional. Sasaran konvergensi bagi tiap negara di dunia untuk melaporkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan yang akan membantu pelaku pasar modal dan lainnya untuk membuat keputusan ekonomi. Sampai tahap akhir ini, IASC harus terus menggunakan kerangka konseptual yang telah disetujui (Kerangka Persiapan dan Penyajian Laporan Keuangan didiskusikan di bagian berikutnya). Tujuan jangka pendek IASC adalah untuk membuat konvergensi standar akuntansi nasional dan internasional dengan solusi berkualitas tinggi. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah keseragaman global, yaitu perangkat tunggal standar akuntansi berkualitas tinggi untuk semua perusahaan bisnis terdaftar dan yang signifikan secara ekonomis lainnya di seluruh dunia.

Perubahan-perubahan di dalam lingkungan IASC bermakna bahwa perubahan struktural juga dibutuhkan sehingga IASC dapat mengantisipasi tantangan-tantangan baru yang menghadang dan mengatasinya secara efektif. Berikut ini diidentifikasikan sebagai isu yang perlu diperhatikan:

  1. Kerja sama dengan pembuat standar akuntansi nasional. IASC harus bekerja sama dengan pembuat standar nasional sehingga IASC dapat bersinergi dengan badan tersebut untuk mempercepat konvergensi antara standar akuntansi nasional dan internasional yang solusinya membutuhkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat diperbandingkan sehingga dapat membantu partisipan di pasar modal  dan pihak-pihak lain dalam membuat keputusan ekonomi.
  2. Partisipasi yang lebih luas dalam IASC Kelompok Negara dan organisasi yang lebih besar harus mengambil peran dalam IASC Board tanpa mendilusi kualitas kerja IASC.
  3. Penunjukan (appointment). Proses penunjukan IASC Board dan pedoman IASC Committee harus menjadi tanggung jawab anggota yang beragam, sementara memastikan penunjukan itu kompeten, independen, dan objektif.

Untuk memenuhi isu-isu tersebut, perubahan-perubahan berikut diajukan:

  1. Steering Committee seharusnya digantikan oleh Standards Development Committee, di mana pembuat standar nasional akan memainkan peranan besar dalam pengembangan standar akuntansi internasional untuk disetujui IASC Komite ini juga bertanggung jawab untuk menyetujui penerbitan Interpretasi SIC final yang dibuat oleh Standing Interpretations Committee.
  2. Standards Development Committee seharusnya didukung oleh Standards Development Advisory Committee, yang bertindak sebagai saluran komunikasi dengan pembuat standar nasional tersebut yang dapat berpartisipasi langsung dalam Standards Development Committee karena keterbatasan lingkupnya.
  3. IASC Board seharusnya diperluas dari 16 menjadi 25 negara dan organisasi, tanpa menurunkan kualitas kerjanya.
  4. Advisory Council yang sekarang seharusnya digantikan oleh 12 trustees (tiga ditunjuk oleh International Federation of Accountant, tiga oleh organisasi internasional lain, dan enam oleh trustees untuk merepresentasikan dunia secara luas). Trustees akan menunjuk anggota Standards Development Committee, Board, dan Standing Interpretations Committee, serta bertanggung jawab untuk memantau efektifitas IASC dan membiayai kegiatan IASC.

FASB Reaction

The Financial Accounting Foundation (FAF) dan The Financial Accounting Standard Board (FASB) dikelilingi oleh organisasi yang menerima undangan IASC untuk berkomentar pada Discussion Paper. Posisi mereka agak kritis dan termasuk dalam poin-poin berikut ini.

Karena posisi IASC sekarang adalah sebagai organisasi pengatur standar international, kebutuhan restrukturisasi proses dan struktur pengaturan standar akuntansi international memberikan peluang kepada IASC untuk mendirikan pengatur standar akuntansi international yang berkualitas yang akan sukses dalam jangka panjang. FAF dan FASB percaya proses restrukturisasi semestinya menghasilkan proses dan struktur pengaturan standar yang mewujudkan delapan (8) fungsi dan lima (5) karakter. Delapan fungsi inti dari standar international yang berkualitas yaitu leadership, innovation, relevance, responsiveness, objectivity, acceptability and credibility, undertandability, dan accountability. Dan lima karakter inti pengatur standar akuntansi internasional adalah badan pengambil keputusan yang independen, proses yang memadai, memadai, staf yang qualified secara teknis, pendanaan yang independen, pengawasan yang independen.

Struktur IASC yang ada belum memadai dalam mewujudkan hal tersebut diatas dalam mencapai tujuan, terdapat beberapa are yang menjadi perhatian di dalam Discussion Paper yang seharusnya diperkuat dan di modifikasi yaitu:

  1. The Standards Development Committee (SDC) haruslah menjadi badan otonom yang dan mengambil keputusan secara independen.
  2. Dewan IASC seharusnya menerapkan strong avisory role dalam proses penyusunan standar.
  3. Dewan trustees harus bertanggung jawab atas (1) penunjukan (appointing) SDC dan anggota dewan IASC, meriviu dan mengesahkan penunjukan dan memperbarui perwakilan dalam IASC. (2) melatih, mengawasi dan mengevaluasi SDC dan dewan IASC (3) meningkatkan pendanaan.
  4. Staf IASC seharusnya dilengkapi dengan staf dari organisasi level nasional.

Sebagai tambahan, are yang harus di perbaiki dan diperkuat adalah:

  1. Proses persetujuan standar
  2. Aturan dan tanggung jawab dari dewan trustees
  3. Pendanaan dan sumber daya yang lain
  4. Issu lainnya seperti, komposisi dan area dari keanggotaan SDC dan IASC, rotasi anggota dan kursi permanen dari SDC, IASC Board, dan dewan trustee dan koordinasi antar anggota dari negara-negara dalam proses kerja IASC

Dalam menangani area ini, FASB mengindikasikan IASC harus mengemukaan dengan jelas rencana jangka panjang dalam pencapaian struktur dan proses penyusunan standar akuntansi internasional yang ideal. IASC harus mengakui bahwa proposalnya merupakan langkah awal dalam evolusi akuntansi internasional. Isu ini disampaikan lebih lanjut oleh FASB dalam Position papernya “International Accounting Standards: a vision for the future”.

Pengaruh Standar Akuntansi Internasional versus PABU AS

Pada Februari 2000, SEC meminta perusahaan AS untuk berkomentar tentang apakah perusahaan asing dapat diperbolehkan untuk mendaftarkan sahamnya di pasar modal AS dengan menggunakan standar akuntansi internasional. Sekarang, perusahaan asing yang ingin mendaftar di pasar modal AS harus merubah pernyataan keuangannya sehingga merefleksikan PABU yang berlaku. Rekonsiliasi ini dilakukan dengan mengisi Formulir 20-F dari SEC dalam jangka waktu enam bulan sejak akhir tahun fiskal perusahaan. Pada saat ini, hanya sekitar 1000 perusahaan asing yang terdaftar di pasar modal AS karena dibutuhkan biaya yang tinggi untuk merubah pernyataan keuangannya ke dalam PABU AS. Saat ini, SEC secara konsisten mengambil posisi bahwa memperbolehkan perusahaan asing untuk mendaftar menggunakan standar selain PABU AS menyebabkan hilangnya perlindungan investor dan terjadinya sistem pengungkapan ganda, satu untuk pendaftar domestik, satu lagi untuk pendaftar asing. Sejauh ini, hanya terdapat sedikit bukti empiris untuk mengevaluasi posisi SEC. Suatu penelitian menemukan bukti campuran bahwa rekonsiliasi Formulir 20-F ditemukan mempunya nilai relevansi dan jumlah laba dibawah IAS dan PABU AS dinilai secara berbeda oleh pasar. Bagaimanapun juga, penelitian ini tidak menemukan perbedaan penilaian pasar terhadap laba per lembar saham.

Halaman Web buku ini untuk bab 3 berisi bagian dari rekonsiliasi Formulir 20-F untuk Cadbury Schweppes. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan domestik di pasar Inggris yang memasarkan dan memproduksi permen, minuman ringan, dan produk lainnya untuk dijual diseluruh dunia. Produknya antara lain Dr Pepper, Schweppes, Canada Dry, A&W, dan Squirt Internationally, dan Seven Up, dan minuman ringan Mott’s yang hanya dijual di pasar Amerika Serikat. Cadbury Schweppes ingin menjual sekuritasnya di pasar Modal AS; konsekuensinya, Cadbury Schweppes harus menyiapkan rekonsiliasi Formulir 20-F yang menyesuaikan pernyataan keuangannya agar sesuai dengan PABU AS.

Catatan kaki 40 dari pernyataan keuangan Cadbury Schweppes tahun fiskal 2006, mengungkapkan Formulir 20-F perusahaan, berisi penjelasan mengenai efek terhadap laba dari perbedaan PABU Inggris dan PABU AS. Penjelasan ini mengemukakan bahwa laba tahun 2006 yang dilaporkan menggunakan PABU AS sebesar £1,034 juta atau £131 juta lebih kecil dari yang dilaporkan dengan menggunakan PABU Inggris; laba tahun fiskal 2005 2006 yang dilaporkan menggunakan PABU AS sebesar £585 juta atau £191 juta lebih kecil dari yang dilaporkan dengan menggunakan PABU Inggris.

SEC berada dibawah tekanan yang meningkat untuk menerima peraturan akuntansi internasional karena investor diseluruh dunia membutuhkan bantuan dalam mengartikan pernyataan keuangan dari berbagai perusahaan yang menggunakan aturan akuntansi yang berbeda. Rekonsiliasi Formulir 20-F untuk Cadbury Schweppes mengilustrasikan masalah ini. Juga telah dilaporkan bahwa perusahaan Jerman, Daimler-Benz AG, membutuhkan bertahun-tahun untuk mengkonversikan pembukuannya ke PABU AS untuk menyelesaikan proses merger dengan Chrysaler. Pasar modal New York, yang akan diuntungkan dengan tambahan pendaftar asing, mendukung usaha internasional. Penelitian terakhir mengenai delapan perusahaan multinasional menemukan bahwa menggunakan aturan internasional mengungkapkan esensi yang sama dengan menggunakan PABU AS.

Bagaimanapun juga, SEC sepertinya tidak akan mengijinkan penggunaan standar internasional dalam waktu dekat. Mantan Sekretaris Bendahara Robert Rubin dan mantan Pemimpin Federal Reserve Alan Greenspan mengkritik aturan akuntansi internasional yang sekarang sebagai akuntansi yang buruk, dan mereka mengindikasikan bahwa kesulitan keuangan yang dialami Brasil dan Rusia pada akhir 1990 sebagian disebabkan oleh kebijakan pengungkapan akuntansi yang buruk. Juga sulit untuk meramalkan bahwa perusahaan AS, akan mengijinkan aturan yang tidak begitu ketat untuk perusahaan asing  dalam berkompetisi untuk mendapatkan sumber modal yang tersedia di AS. Terakhir, aturan akuntansi internasional tidak memiliki mekanisme penegakan standar seperti SEC, dan investor akan lebih tersesat. Isu ini masih terus berkembang sebagaimana dibuktikan oleh Proyek Peta Jalan IASB-FASB.

 

Kerangka Kerja untuk Persiapan dan Penyajian Laporan Keuangan

Pada tahun 1989, IASC menerbitkan kerangka kerja konseptual berjudul “Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements.” IASC mengindikasikan bahwa penerbitan kerangka kerja ini adalah untuk menetapkan konsep-konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal dengan:

  1. Membantu IASC dalam mengembangkan standar di masa depan.
  2. Mempromosikan harmonisasi standar akuntansi.
  3. Membantu pembentuk standar nasional.
  4. Membantu pembuat dalam menerapkan standar internasional.
  5. Membantu auditor dalam mengeluarkan opini tentang apakah laporan keuangan sesuai dengan standar internasional.
  6. Membantu pengguna dalam mengintepretasikan laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan standar internasional.
  7. Menyediakan informasi mengenai pendekatan IASCuntuk pembentukan standar akuntansi internasional kepada pihak yang berkepentingan.

Kerangka kerja ini menentukan:

  1. Tujuan dari laporan keuangan.
  2. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan.
  3. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur dari yang laporan keuangan yang dibangun.
  4. Konsep modal dan pemeliharaan modal.

Kerangka kerja ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan mempersiapkan tujuan umum laporan keuangan yang diarahkan terhadap kebutuhan informasi dari berbagai pengguna termasuk investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan perdagangan lainnya, kreditur, pelanggan, pemerintah dan badan mereka, serta masyarakat umum.Kerangka kerja ini juga menunjukkan bahwa, meskipun kebutuhan informasi dari pengguna tidak dapat dipenuhi hanya oleh penyajian laporan keuangan, ada suatu kebutuhan yang umum dibutuhkan semua pengguna. Selain itu, karena investor adalah penanggung risiko modal bagi perusahaan, penyusunan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan investor juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna lainnya.

Tujuan Laporan Keuangan

Kerangka kerja IASC menunjukkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna untuk berbagai pengguna untuk membuat keputusan ekonomi. Hal ini juga menunjukkan bahwa laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna, tetapi kerangka kerja tersebut tidak menyediakan semua informasi yang mungkin diperlukan untuk membuat keputusan ekonomi karena laporan keuangan sebagian besar menggambarkan informasi masa lalu dan tidak memberikan informasi non finansial.

Dalam diskusi mengenai tujuan umum laporan keuangan, kerangka kerja tersebut mengindikasikan hal berikut:

  1. Pengguna memerlukan suatu evaluasi dari kemampuan perusahaan menghasilkan kas serta saat dan kepastian dari kas yang dihasilkan.
  2. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas, dan kapasitasnya untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungannya.
  3. Informasi tentang profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan dalam sumber daya ekonomi yang dikendalikan perusahaan dimasa depan.
  4. Informasi mengenai posisi keuangan dari suatu perusahaan berguna untuk mengetahui nilai investasi perusahaan, pembiayaan, dan aktivitas operasi.
  5. Informasi mengenai posisi keuangan yang terkandung dalam neraca, dan informasi mengenai kinerja yang terkandung dalam laporan laba rugi.

Kerangka kerja ini juga menunjukkan bahwa dua asumsi mendasar untuk penyusunan laporan keuangan adalah dasar akrual (accrual basis) dankelangsungan usaha (going concern).

Karakteristik Kualitatif

Kerangka kerja ini menggambarkan karakteristik kualitatif sebagai atribut yang membuat informasi yang diberikan dalam laporan keuangan berguna.Empat karakter kualitatif tersebut didefinisikan sebagai berikut.

 

 

Understandability

Informasi harus disediakan sehingga individu dengan pengetahuan yang cukup tentang bisnis dan kegiatan ekonomi dan akuntansi dan bersedia mempelajari informasi tersebut dapat menggunakannya.Namun demikian, informasi yang komlpeks tidak boleh dipotong hanya karena itu terlalu sulit bagi beberapa pengguna untuk memahaminya.

Relevance

Informasi akan relevan ketika informasi tersebut mempengaruhi keputusan ekonomi dari pengguna dengan membantu pengguna mengevaluasi masa lalu, masa sekarang, atau kejadian masa depan atau dengan mengkonfirmasi atau mengkoreksi evaluasi masa lalu mereka. Relevansi juga dipengaruhi oleh materialitas.

Reliability

Informasi dapat diandalkan ketika bebas dari kesalahan material dan bias dan ketika pengguna dapat bergantung pada informasi tersebut dengan yakin. Sebagai konsekuensinya, setiap peristiwa harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, bukan hanya bentuk hukumnya.

Comparability

Pengguna harus dapat membandingkan kinerja suatu perusahaan dari waktu ke waktu dan membuat perbandingan dengan kinerja perusahaan lain.

Kerangka kerja ini juga mengakui bahwa ketepatan waktu dan keseimbangan antara manfaat dan biaya adalah kendala pada penyediaan informasi yang relevan dan dapat diandalkan.

Unsur Laporan Keuangan

Kerangka kerja IASC menyatakan bahwa laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lainnya dengan mengelompokkan mereka ke dalam kelas-kelas yang sesuai dengan karakteristik ekonominya.Karakteristik ini merupakan unsur dari laporan keuangan.Hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur yang terkait langsung dengan pengukuran posisi keuangan dalam neraca adalah aset, liabilitas, dan ekuitas. Unsur-unsur tersebut didefinisikan sebagai berikut:

  • Aset: Sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil dari peristiwa di masa lalu yang diharapkan keuntungan ekonomi di masa depan akan mengalir ke perusahaan.
  • Liabilitas: Suatu kewajiban saat ini dalam perusahaan yang timbul dari peristiwa di masa lalu, penyelesaian yang diharapkan menghasilkan arus sumber daya keluar (outflow) dari perusahaan untuk memperoleh manfaat ekonomi.
  • Ekuitas: Nilai sisa pada aset perusahaan setelah menguranginya dengan semua liabilitasnya.

Unsur-unsur yang terkait langsung dengan pengukuran kinerja dalamlaporan laba rugi adalahpendapatan dan beban. Unsur-unsur tersebut didefinisikansebagai berikut:

  • Pendapatan: Peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalambentuk arus masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitasyang mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan kontribusidari peserta ekuitas.
  • Beban: Penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset atau timbulnya liabilitasyang mengakibatkan penurunan ekuitas, selain yang berkaitan dengan kontribusi daripeserta ekuitas.

Kerangka kerja iniselanjutnya juga menunjukkan bahwa pengakuan adalah proses memasukkan suatu item dalam laporan keuangan yang memenuhi definisi elemen dan memenuhi kriteria pengakuan berikut: (a) Besar kemungkinan bahwa setiap manfaat ekonomi di masa depan yang berhubungan dengan item tersebut akan mengalir kedalam atau keluar perusahaan, dan (b) item tersebut memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan (reliability).

Terakhir, sehubungan dengan pengakuan, kerangka kerja IASC mendefinisikan pengukuran sebagai proses penentuan jumlah moneter dimana elemen dari laporan keuangan harus diakui dan dicatat. Hal itujuga menunjukkan bahwa berbagai macam basis pengukuran berlaku dalam laporan keuangan, termasuk biaya perolehan, biaya saat ini, nilai realisasi, dan nilai sekarang.

Konsep Modal dan Pemeliharaan Modal (Capital Maintenance)

Isu terakhir yang dibahas dalam kerangka kerja IASC adalah konsep modal.Didalam konsep keuangan dari modal, modal didefinisikan sebagai sinonim dengan aset bersih atau ekuitas perusahaan.Berdasarkan konsep fisik dari modal, modal dianggap sebagai kapasitas produksi suatu perusahaan. Kerangka inimenunjukkan bahwa pemilihan konsep modal yang sesuai oleh perusahaan harus didasarkan pada kebutuhan pengguna akanlaporan keuangan. Akibatnya, konsep keuangan modal harus diadopsi jika pengguna memperhatikan pemeliharaan dari nominal modal yang diinvestasikan atau dayabeli dari modal yang diinvestasikan.Namun, jika perhatian utama pengguna adalah kapasitas operasi dari perusahaan, konsep fisik modal harus digunakan. Hasilnya, konsep modal berikut dapat digunakan:

  • Pemeliharaan modal keuangan. Laba diperoleh hanya jika jumlah keuangan (atau uang) dari aset bersih pada akhir periode melebihi aset bersih pada awal periode,tidak termasuk distribusi kepada atau kontribusi dari pemilik
  • Pemeliharaan modal fisik. Laba diperoleh hanya jika kapasitas produkifitas fisik (atau kapasitas operasi) dari perusahaan melebihi kapasitas produkifitas fisik pada awal periode.

Terakhir, kerangka kerja IASC menekankan bahwa pemilihan basis pengukuran dan konsep pemeliharaan modal akan menentukan model akuntansi yang digunakan dalam penyusunanlaporan keuangan. Juga, karena perbedaan model akuntansi berbeda memiliki relevansi dan keandalan yang berlainan, manajemen harus mencari keseimbangan antara karakteristik kualitatifnya. Saat ini, IASC tidak menetapkan model tertentu kecuali dalam keadaan tertentu, seperti pelaporan dalam mata uang dalam keadaan hiperinflasi ekonomi (hyperinflationary economy).

IAS No 1

Dalam IAS No 1, “Presentation of Financial Statements,” IASCmembahas pertimbangan berikut untukpenyusunan laporan keuangan:

  1. Penyajian yang wajar dan sesuai dengan standar IASC
  2. Kebijakan akuntansi
  3. Keberlangsungan (going concern)
  4. Akrual dasar akuntansi
  5. Konsistensi penyajian
  6. Materialitas dan agregasi
  7. Offsetting
  8. Perbandingan informasi

Pedoman untuk menerapkan pertimbangan ini agak kurang rincidari yang disediakan oleh GAAP Amerika Serikat: namun, secara umum hal itu menghasilkan persyaratan yang mirip.

Dalam penilaiannya terhadap IAS No 1, staf FASB mencatat bahwa salah satu kemungkinan area dariperbedaan tersebut adalah dalam penerapan konsep penyajian secara wajar. Meskipunkeduatubuh penetapan-standar memungkinkan untuk beralih dari standar ketika dalam pengaplikasiannya akan menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan, pendekatan IASCdipandang sebagai yang memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dalam peralihan dari standar. FASB selanjutnya mencatat bahwa peralihan tersebut hampir tidak ada di AmerikaSerikat, sedangkan mereka lebih umum di negara lain. Dengan demikian adakemungkinanlebih besardalam perbedaan penafsiran kriteria penyajian secara wajar untuk pelaporan perusahaan secara IASC daripada pelaporan perusahaansecara GAAP.

Conceptual Framework For Financial Reporting 2010

Kerangka kerja konseptual IASC tahun 1989, dalam perkembangannya diadopsi oleh IASB menjadi kerangka kerja dari IFRS. Berikut sejarah dari kerangka kerja tersebut:

  • April 1989;IASC menyetujui the Preparation and Presentation of Financial Statements (the Framework)
  • Juli 1989;Kerangka kerjadipublikasikan
  • April 2001;Kerangka kerja diadopsi IASB.
  • September2010; Conceptual Framework for Financial Reporting 2010 (the IFRSFramework) disetujui oleh IASB

Dalam Conceptual Framework for Financial Reporting, selanjutnya disebut kerangka IFRS, menyebutkan mengenai tujuan dari kerangka kerja ini yaitu:

“Kerangka IFRS menjelaskan konsep-konsep dasar yang mendasari persiapan dan penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal. Kerangka IFRS berfungsi sebagai panduan untuk Dewan SAK (the Board) dalam mengembangkan IFRS di masa depan dan sebagai panduan untuk menyelesaikan isu-isu akuntansi yang tidak dijelaskan langsung dalam International Accounting Standard atau International Financial Reporting Standard atau Interpretasi.”

Ruang lingkup dari kerangka IFRS adalah sebagai berikut:

  1. Tujuan pelaporan keuangan
  2. Karakteristik kualitatif informasi keuangan yang berguna
  3. Entitas pelaporan
  4. Definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur dari laporan keuangan yang dibangun
  5. Konsep modal dan pemeliharaan modal

Dalam kerangka IFRS, ditambahkan dua karakter kualitatif informasi keuangan yang berguna:

Verifiability

Verfikasi membantu untuk meyakinkan pengguna bahwa informasi menggambarkan dengan tepat merupakan fenomena ekonomi yang dimaksud.Kemampuan verifikasi berarti bahwa pengetahuan berbeda dan pengamat independen bisa mencapai konsensus, meskipun tidak selalu sampai pada kesepakatan, bahwa penggambaran tertentu merupakan representasi yang tepat.

Timeliness

Ketepatan waktu berarti bahwa informasi tersedia bagi pengambil keputusan di waktu yang tepat sehingga mampu mempengaruhi keputusan mereka.

 

Pengaturan Standar Akuntansi Internasional:Sebuah Visi untuk Masa Depan

Pada tahun 1998, FASB mengeluarkan laporan berjudul International Accounting Standard Setting: A Vision for the Future. Pengantar laporan ini mencatat bahwa evolusi dari masyarakat secara globaldisertai dengan banyak implikasi bahwa di masa lalutelah dipertimbangkan area otoritas nasional atau tanggung jawab. Laporan keuangan dan penetapan standar berada di antara implikasi. Laporan tersebut selanjutnyamembahas bagaimana peran FASB ini dapat terus berkembang dan bagaimana struktur dan prosesnya dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai responterhadap kebutuhan dalam perubahan lingkungan internasional dalam konteks tujuan FASB tersebut. Termasuk dalam laporan ini adalah (1) diskusi tentang tujuan FASB dantujuanyang terkait, (2) visi FASB mengenai sistem akuntansi internasionalmasa depan, (3) pembahasan tentang karakteristik dari standar akuntansi yang berkualitas tinggi, dan (4) diskusi tentang fluktuasi minimum dan karakteristik dari kualitas pembentuk standar akuntansi internasional.

FASB menggambarkan standar internasional sebagai satu set standar akuntansiyang diakui secara internasional yang dapat diterima melalui, misalnya, dukungan dari otoritas pasar modal yang relevan dari tiap negaradan melalui penerimaan oleh pengguna laporan keuangan. FASB telah menyimpulkan bahwa apa pun fungsi utama dari standar internasional, penggunaannya akan mempengaruhi pelaporan keuangan di Amerika Serikat, dan, oleh karena itu,FASB harus berpartisipasi dalam proses yang mengarah pada perkembangan mereka. Partisipasi FASB yang berarti dalam pengembangan standar internasional diperlukan untuk memastikan bahwa standar internasional masa depan memiliki kualitas yang cukup untuk dapat diterima di Amerika Serikat. Selain itu,FASB percaya bahwa, untuk jangka panjang, jika sistem akuntansi internasional masa depan akan berhasil dan, akhirnya, mengakibatkan penggunaan dari satu set standar akuntansi berkualitas tinggidi seluruh dunia baik untuk domestik maupun pelaporan keuangan antar negara, pendirian pembuatstandar akuntansi internasional yang berkualitas untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan proses adalah kuncinya.

Untuk tujuan ini, FASB telah menetapkan dua tujuan terkait:

  1. Untuk memastikan bahwa standar akuntansi internasional berada dalamkualitas tertinggi, laporan keuangan berkualitas tinggi adalah laporan keuangan yang menyediakaninformasi yang berguna bagi investor luar, kreditur, dan pengguna lainnya yang membuatkeputusan yang sama tentang alokasi sumber daya dalam perekonomian. FASB telah melakukan konsensus bahwa satu set standar internasional berkualitas tinggi diinginkan karena penggunaannya akan meningkatkan komparabilitas internasional; mengurangi biaya kepada pengguna laporan keuangan, pembuatnya, auditor,dan pengguna lainnya, dan, akhirnya, mengoptimalkan efisiensi pasar modal.
  2. Untuk mempercepat konvergensi standar akuntansi yang digunakan di negara-negara yang berbeda. Konvergensi adalah sebuah tujuan dan proses. FASBmenjelaskan tujuan darikonvergensi sebagai pembuat standar yang berbeda sampaipada standar nasional atau internasional berkualitas tinggi pada topik yang sama semirip mungkin.

FASB percaya bahwa mengorbankan kualitas untuk konvergensi atau fokus pada konsensus dan bukan pada solusi terbaik dalam situasinya akan merugikan konsumen laporan keuangan, yaitupengguna laporan keuangan, dan merongrong kredibilitas dan efisiensidunia pasar modal. Meskipun sulit untuk mendefinisikan “kualitas tinggi,”FASB percaya bahwa sejumlah atribut standar akuntansi berkualitas tinggi dapat diidentifikasi. Satu set lengkap akuntansi yang tidak bias berisistandar yang membutuhkan informasi relevan, dapat dipercaya yang berguna bagi investor luar, kreditur, dan lain-lain yang membuat keputusan serupa akan membentuk satu set standar akuntansi berkualitas tinggi. Setiap standar akuntansi ini harus:

  1. Konsisten dengan panduan yang diberikan oleh kerangka konseptual yang mendasari.
  2. Menghindari atau meminimalkan prosedur akuntansi alternatif, eksplisit atau implisit,karena komparatif dan konsistensi meningkatkan kegunaan informasi.
  3. Jelas dan dipahami sehingga standar dapat dimengerti oleh pembuat dan auditor yang harus menerapkan standar, olehotoritas yang harus menegakkan standar, dan oleh pengguna yang harus berurusandengan informasi yang dihasilkan oleh standar.
  4. Mampu menginterpretasikan dan mengaplikasikansecara ketat agar peristiwa dan transaksi yang samadiperlakukan sama di seluruh periode waktudan di antara perusahaan.

Secara keseluruhan, laporan keuangan di bawah standar tersebut harus menghasilkan informasi yang transparan. Informasi yang transparan yaitu cukup dalam isi danmudah dipahami sehingga dapat memberikan dasar yang berarti bagi pengambilan keputusan ekonomioleh pengguna laporan keuangan. Informasi yang transparan tidak memberikan informasi tidak jelas (obscure information) yang relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Dalam konteks tersebut, satu set standar akuntansi berkualitas tinggi akan menghasilkan informasi akuntansiyang tidak relevan. Informasi yang relevan mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan dengan membantu pengguna untuk membentukpenilaian tentang hasilperistiwa masa lalu, sekarang dan masa depan atau untuk mengkonfirmasi atau mengoreksi ekspektasi sebelumnya.Informasi tersebut juga harus dapat diandalkan, netral, sebanding, dan konsistenseperti yang didefinisikan oleh FASB.

Reliable: Informasi yang dapat dipercaya (reliable) mewakilidengan tepat tujuan apa yang ingin disampaikan, dan bahwa kualitas keyakinan representasional dapat diverifikasi menggunakan
ukuranindependen.

Netral:  Informasi yang netral tidak bias terhadap hasil yang telah ditentukan.

Komparabel: Informasi yang komparabel dapat dibandingkandengan informasi serupa tentang perusahaan lain. Informasi dapat dibandingkan jika transaksi dan peristiwa yang sama diperlakukan sama, dan peristiwa dan transaksi yang berbedadicatat secara berbeda pula.

Konsisten: Informasi yang konsisiten dapat dibandingkan denganinformasi yang sama tentang perusahaan yang sama untuk beberapa periode atau beberapatitik waktulain.

Dampak Pengembangan IAS pada Pasar Sekuritas Amerika Serikat

Pengembangan IAS juga akan berdampak padapasar sekuritas Amerika Serikat. Pada Februari 2000, Securities andExchange Commission memilih untuk meminta perusahaan-perusahaan AS untukmengomentari Apakah mereka harus mengijinkan perusahaan asing yangmendaftarkansekuritas mereka di bursa saham AS berdasarkan aturan akuntansi internasional. Saat itu, perusahaan asing yang terdaftar di bursa saham AS harus menyusun kembali laporan keuangan mereka sesuai dengan GAAP. Rekonsiliasi ini dibuat dengan mengisi Formulir20-F dengan SEC dalam waktu enam bulan setelah akhir tahun fiskal perusahaan. Padasaat itu, hanya sekitar 1000 perusahaan asingyangterdaftar di bursa saham AS yang membuat kembali laporan keuangan sesuai GAAP AS karena biaya yang tinggi. Sampai saat ini, SEC telah secara konsisten mengambil posisi bahwa mengijinkan perusahaan asing terdaftar menggunakan selain GAAP AS akan mengakibatkan kerugian terhadap perlindungan investor dan mengakibatkan sistem pengungkapan dua tingkat, satu untukpendaftar domestik dan satu lagi untuk pendaftar asing. Sejauh ini, terdapatsedikit bukti empiris untuk mengevaluasi posisi SEC. Suatupenelitian menemukan bukti bahwa dalam Form Rekonsiliasi20-F ditemukan nilai yang relevan dalampendapatan IAS dan GAAP AS dinilai secara berbeda oleh pasar. Namun, studi ini tidak menunjukkan bahwa pasar menilai laba per saham berbeda.

SEC berada di bawah tekanan untuk menerima aturan akuntansi internasionalkarena investor di seluruh dunia memerlukan bantuan dalam menguraikan keuanganlaporan berbagai perusahaan menggunakan aturan akuntansi yang berbeda di tiap negara.The New York Stock Exchange, yang memperoleh keuntungan dari tambahan listing perusahaan asing, mendukung usaha internasional. Sebuah penelitian terbaru dari delapan perusahaan multinasional menemukan bahwa menggunakan pengungkapan sesuai aturan internasional pada dasarnya akan menghasilkan hasil keuangan yang sama seperti diungkapkan oleh penggunaan GAAP AS.

Namun demikian, SEC tidak mungkin untuk menyetujui penggunaan standar internasionaldalam waktu dekat. Kedua mantan Sekretaris Keuangan Robert Rubindan Ketua Federal Reserve Alan Greenspan mengkritik saat iniaturan akuntansi internasional adalah akuntansi yang buruk, dan mereka telah menunjukkan bahwakesulitan keuangan yang dialami di Brazil dan Rusia di akhir 1990an sebagian disebabkan oleh kebijakan pengungkapan akuntansi yang buruk.

IFRS di Amerika Serikat

Selama tahun 2007-2009, SEC telah mengambil beberapa langkah untuk mengakui IFRS sebagai satu set standar pelaporan keuanganberkualitas tinggi. Langkah-langkah ini termasuk penghapusan rekonsiliasi dengan GAAP AS oleh penerbit swasta asing yang menggunakan IFRS dan penerbitan sebuah “roadmap” yang diusulkan untuk penggunaan IFRS oleh pendaftar domestik AS. Selain itu, SEC telah mendukung upaya konvergensi dari Standar Akuntansi Keuangan (FASB) dan IASB.

Pada bulan November 2007, SEC memilih untuk memungkinkan emiten swasta asing untuk menggunakan IFRS dalam penyusunan laporan keuangan mereka tanpa merekonsiliasikannyadengan GAAP AS. Aturan ini berlaku efektif pada tanggal 4 Maret 2008, untuk tahun fiskal yang berakhir setelah November 15, 2007. Oleh karena itu, kalender-akhir tahun emiten swasta asing tidak harus membuat rekonsiliasi pada laporan keuangan tahun 2007 mereka. SEC menyatakan bahwa, dengan satu pengecualian, laporan keuangan sebuah emiten swasta asing sepenuhnya harus mematuhi versi IASB dari IFRS.

Pada tanggal 14 November 2008, SEC mengeluarkan “roadmap” IFRS,sebuah tonggak menguraikan bahwa, jika tercapai, dapat menyebabkan transisi wajib untuk IFRS dimulai pada tahun fiskal yang berakhir pada atau setelah 15 Desember 2014. Roadmap ini juga berisi usulan perubahan aturan yang akan memberikan emiten AS tertentu pilihan awal untuk menggunakan IFRS dalam laporan keuangan untuk tahun fiskal yang berakhir pada atau setelah tanggal 15 Desember 2009. Surat komentar yang diterima dariproposal roadmap umumnya mendukung tujuan SEC mengenai satuset standar akuntansiberkualitas tinggi yang diterima secara luas, namun, terdapat pandangan berbeda tentang cara untuk mencapai tujuan ini. Beberapa responden percaya bahwa penekanan lanjutan pada konvergensi adalah tindakan terbaik, sementara yang lain telah meminta agarSEC menyediakan tanggal tertentu untuk mengadopsi IFRS.

Pada tanggal 11 September 2008, FASB dan IASB mengeluarkan perbaruannota kesepahaman (MOU) yang menggambarkan prioritas dan tonggak terkait dengan penyelesaian proyek besar bersama mereka pada tahun 2011. Meskipun kemajuan yang cukup besar dalam konvergensi dari dua set standar sejak awal MOU dikeluarkan pada tahun 2006, kemajuan dewan pada banyak proyek-proyek besar telah dibatasi karena perbedaan pandangan tentang (1) ukuran agenda dan ruang lingkup proyek, (2) pendekatan yang paling sesuai, dan (3) apakah dan bagaimana isu-isu serupa dalam proyek aktif harus diselesaikan secara konsisten. Pada pertemuan mereka di Pittsburgh pada September 2009, pemimpin negara G20 menyerukan “badan akuntansi internasional untuk kembali melipatgandakan usaha mereka untuk mencapai satu set berkualitas tinggi, standar akuntansi global dalam konteks penetapan standar-proses independenmereka, dan menyelesaikan proyek konvergensi mereka pada Juni 2011.”Menanggapi para pemimpin G20., FASB dan IASB menegaskan kembali komitmen mereka untuk meningkatkan standar masing-masing dan mencapai konvergensi.

(dikutip dari: SEC Comment Letters on Foreign Private Issuers Using IFRSs, December 2009)

IFRS di Indonesia

Indonesia, sebagai suatu negara berkembang pun tidak ketinggalan dalam mengadopsiIFRS. Adopsi PSAK ke IFRS pun semakin menggaung ketika IAI mencanangkan konvergensi penuhIFRS ke PSAK pada tahun 2012. Diharapkan, dengan adanya konvergensi ini dapat memudahanpemahaman terhadap laporan keuangan yang dikenal secara internasional serta dapat meningkatkanarus investasi.

Proses konvergensi IFRS di Indonesia terbagi atas tiga tahap, yaitu:

  1. Tahap adopsi (Tahun 2008-2010)
  2. Tahap persiapan (Tahun 2011)
  3. Tahap implementasi (2012)

Dalam tahap konvergensi ini terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti perlunya penyesuaianstandar internasional terhadap aspek hukum di Indonesia, penyesuaian terhadap aturan perpajakan,kesiapan sumber daya manusia yang belum matang, serta masalah keberadaan lembaga standarakuntansi Indonesia yang belum independen.

Read Full Post »